Mohon tunggu...
Kornelis Ruben Bobo
Kornelis Ruben Bobo Mohon Tunggu... Dosen - Pendeta dan Dosen

Olahraga: Bola Kaki, Volly, Futsal, Badminton, Traveling, Makan, Berkunjung

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Obat Manjur Merawat Hati - Part 1: Mengelola Perasaan!

13 Juni 2024   10:52 Diperbarui: 13 Juni 2024   11:46 170
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi seorang perempuan memegang lampu love. sumber gambar: (unsplash.com/bartlarue)

Termasuk ketika berdoa, membaca Firman Tuhan, melayani, beribadah, bekerja, sekolah, kuliah, pemberian persembahan kita.   Juga saat mengemudikan kendaraan, makan, jalan-jalan, tidur, ketika bersama keluarga, termasuk bagi yang sudah menikah -- suami istri berpengaruhi dalam hubungan seksual, dll.  

Dalam Alkitab, ada salah satu tokoh perempuan yang berhasil merawat perasaannya dengan baik.  Siapa?  Hana, istri pertama Elkana. 

Dalam 1 Samuel 1 (1-28) dikisahkan bahwa Hana mandul, "Tuhan sudah menutup kandungannya."  Penina, istri kedua Elkana menghina dan merendahkan Hana.  Sebab Penina sudah mempunyai anak.  

Hana mengakui dan jujur dengan perasaannya karena disakiti oleh Penina (ayat 7, 10, 15, 16).  Namun, Hana punya cara jitu untuk menang atas perasaan tersebut, yaitu pertama: BERDOA DENGAN JUJUR MESKI DIFITNAH DAN BELUM DIDENGAR OLEH TUHAN (ayat 9-12, 15-16). 

Kisah Hanya menyampaikan dua pesan.  Pertama, komunikasi ekspresi hati (perasaan) kita kepada Allah dengan jujur, apa adanya, curhat kepada Allah.   Kedua, tetap menyembah Allah dengan kerendahan hati meski disalah-mengerti dan belum dijawab doanya oleh Tuhan (ayat 12-14, 17-19).  

Kisah Hana memberikan defenisi penyembahan sejati adalah kerendahan hati, menundukkan perasaan kita di bawah kendali kuasa Allah.  Membiarkan perasaan kita dikontrol dan diarahkan oleh Allah. 

Puji Tuhan, hasil dari Hana mengelola, merawat perasaannya melalui DOA dan PENYEMBAHAN, ia mengalami kepuasan jiwa karena Allah telah mendengarkan doanya.  Ia kembali makan dan mukanya tidak muram lagi (berseri, sukacita meski belum dijawab Tuhan).

Kisah Hana mengajarkan kita satu pembelajaran penting bahwa setiap gejolak perasaan manusiawi, kita bisa mengelolanya.  Kita bisa merawat perasaan melalui DOA YANG JUJUR DAN MENYEMBAH ALLAH DENGAN PENUH KERENDAHAN HATI MESKI DIFITNAH, DISALAH MENGERTI DAN DOA-DOA KITA BELUM DIJAWAB OLEH TUHAN. 

Ketika kita melakukan kedua hal ini: BERDOA DAN MENYEMBAH, ALLAH Sang Sumber Jawaban akan memuaskan jiwa kita.  Di tengah segala gejolak perasaan karena pergumulan hidup ini, kita perlu belajar merawat hati, khusus perasaan kita.  

Bukan hanya kita, banyak orang bergumul tentang keluarga, kebutuhan finansial, dihargai, diterima, dan dicintai.  Karena itu, marilah kita belajar untuk merawat perasaan kita sendiri, suami, istri, anak, cucu, mertua, mantu, pimpinan, rekan kerja, teman sekolah, dll.  

Daripada saling menyalahkan atau mencari kambing hitam, mending kita BERDOA dan MENYEMBAH dengan JUJUR dan SIKAP HATI YANG MERENDAH KEPADA ALLAH. 

Pertanyaannya adalah, bagaiman kita bisa BERDOA DAN MENYEMBAH, kalau pikiran tidak tenang, tidak fokus, tidak konsentrasi, apalagi doa-doa kita, pujian penyembahan kita sia-sia, tidak mengalami apa-apa, kosong, kering, rontok, dll? 

Di pikiran kita banyak yang dipikirkan, direncanakan.  Bagaimana kita bisa bertindak dengan baik dan bijak kalau pikiran kita tidak tenang?  Tunggu jawabannya di MERAWAT HATI Part2 dan Part3.               

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun