Berhati misi atau tidak bukan karen kita beragama atau tidak.  Tetapi  karena kita menyadari bahwa kita adalah ciptaan Allah yang Maha Esa, yang telah diberikan makanan yang berbiji.  Nilai ini harus ditanamkan kepada setiap generasi.
Itulah pernyataan penutup di artikel saya sebelumnya bertajuk, "Mengapa Kita Harus Berhati Misi? Â Sebuah Khotbah Inspiratif." Â Di artikel ini, saya menyebutkan bahwa terdapat dua alasan mengapat kita harus berhati misi.Â
Alasan yang pertama saya telah membahas di artikel tersebut. Â Oleh karena itu, artikel kali ini saya akan membahas alasan yang kedua, mengapa kita harus berhati misi? Â Semoga terinspirasi.Â
Alasan yang kedua mengapa kita harus berhati misi adalahÂ
Â
KARENA PERNYATAAN TUHAN YESUS SENDIRI AGAR KITA MENOLONG ORANG YANG PAPAH.Â
Markus 14:7 (Bdk. Matius 26:11; Yohanes 12:8).
"Karena orang-orang miskin selalu ada padamu, dan kamu dapat menolong mereka, bilamana kamu menghendakinya, tetapi Aku tidak akan selalu bersama-sama kamu."
Perikop ini bicara tentang sebuah kisah di mana Yesus diurapi oleh Maria dengan minyak Narwastu di Betsaida. Â Salah satu murid Yesus bernama Yudas Iskariot menilai tindakan Maria itu adalah tindakan yang tidak tepat sasaran.Â
Daripada meminyaki kaki Yesus lebih baik minyak itu dijual dan hasilnya bisa diberikan kepada orang-orang miskin. Â Waw.. sepintas membaca perkataan Yudas itu sangat patut diapresiasi dan sangat mulia. Â
Namun, Yohanes 12:6 mencatat bahwa ada niat buruk di balik perkataan Yudas Iskariot tersebut. Yudas Iskariot berniatnya untuk mengkorupsi uang hasil penjualan dari minyak Narwastu itu.Â
Yang menarik, jawaban Yesus sangat patut dicontohi, ibarat satu kali dayung, dua tiga pulau terlewati.Â
- Pertama, jawaban Yesus (Markus 14:7), secara tidak langsung ingin menegor Yudas agar ia bertobat dan kalau pun ia mempunyai uang, ia dapat  mengalokasikan khusus untuk menolong orang-orang miskin.Â
- Kedua, pesan kepada semua murid dan kepada kita manusia jaman now, agar kita pun menolong orang yang papah.Â
Secara tidak langsung, Yesus ingi mengatakan bahwa sesungguhnya, kalau ada orang miskin di sekitar kita, maka sebenarnya yang paling bertangunggjawab bukan orang yang jauh-jauh, tapi kita yang berada di sekitarnya-lah yang menolong mereka.Â
Dengan kata lain, misi itu bukan saja tujuan Allah, tapi misi adalah tanggungjawab kita manusia ciptaan Allah untuk menolong orang-orang yang papah. Â Â
Sebuah Kesaksian pribadi.  Sebelum saya menikah, saya sudah memprogramkan setiap bulan  untuk ada porsi (budged) menabur yang disebut dengan Program Menabur Benih.Â
Setelah nikah pun, saya diskusikan dengan istri, tentang program ini. Â Saya minta pendapat beliua: apakah beliau setuju atau tidak. Puji Tuhan, beliau pun sangat setuju dan kami jalankan sampai saat ini.Â
Secara jumlah, tidak banyak. Â Tetapi, kami ingin konsisten dan menyediakan porsi untuk berbagi dengan orang lain. Â Tidak hanya sesama orang Kristen, tapi juga orang non-Kristen.Â
Ada dua tujuannya yaitu untuk menolong orang yang papah. Â Tetapi juga agar "maksud kemurahan Allah ialah menuntun orang lain kepada pertobatan." Â Hal ini yang ditegaskan Rasul Paulus dalam Roma 2:4. Â
Mengapa disebut orang lain bisa bertobat melalui pertolongan kita? Â Mungkin selama ini, orang terbiasa dengan hidup pelit, tidak berbagi dengan orang yang papah. Â Padahal secara materi berkecukupan bahkan lebih. Â
Namun, ketika orang melihat kita yang hidupnya pas-pasan bahkan berkekurangan, tapi kita belajar memberi. Â Membuat hati mereka tergugah oleh tindakan kita.
Di hati kecilnya mungkin berkata: "Saya yang punya materi lebih kok sulit memberi? Mengapa mereka berkekurangan bisa melakukan kebaikan." Â Lalu ia pun belajar berbagi kepada orang yang papah. Â
Bapak/Ibu Sahabat Allah. Â Akhirnya, saya merangkumkan kedua alasan mengapa kita harus berhati misi. Â
Pertama, Karena DNA manusia ciptaan Allah sejak awal adalah manusia yang didesain untuk berbagi dengan orang lain. Â Kedua, Karena Perkataan Tuhan Yesus sendiri agar kita menolong orang-orang yang papah.Â
Allah selalu punya alasan ilahi mengapa Ia memberkati hidup kita lebih dari daripada orang lain. Â Orang yang mengerti tujuan ilahi Sang Pencipta pasti berbelaskasihan untuk menolong orang-orang yang papah.
Saya ingin mengakhiri khotbah ini dengan beberapa pertanyaan perenungan. Â Pertama, apakah kita sudah menyadari bahwa kita adalah Ciptaan Allah yang telah diberikan makanan yang berbiji?Â
Kedua, bagaimana dengan setiap berkat yang kita terima selama ini? Â Apakah semuanya bermuara untuk kepentingan dan kenikmatan kita sendiri? Â Atau apakah Anda sudah mengerti mengapa Anda diberkati hidupnya lebih daripada orang lain? Â
Ketiga, sebagai orang tua, apakah Anda sudah mewariskan bahkan meneladankan nilai ini kepada anak-anakmu? Â Keempat, apa langkah praktis yang Anda akan lakukan setelah membaca artikel ini dan dengan apa yang Anda miliki saat ini?Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H