Mohon tunggu...
Kornelis Ruben Bobo
Kornelis Ruben Bobo Mohon Tunggu... Dosen - Pendeta dan Dosen

Olahraga: Bola Kaki, Volly, Futsal, Badminton, Traveling, Makan, Berkunjung

Selanjutnya

Tutup

Love Pilihan

Truck Aja Punya Gandengan, Masa Kamu Nggak?

26 Mei 2024   16:35 Diperbarui: 26 Mei 2024   18:33 198
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Repotnya ada orang yang suka model pacaran demikian. Dengan alasan: daripada tidak punya pacar, toh nanti juga  bisa berubah kok. Nanti juga kalo tidak cocok, putus sendiri.  Begitu simple cara berpikirnya. Mereka tidak berpikir panjang, bagaimana mempersiapkan sebuah hubungan, bukan hari ini saja tapi ke depannya.

Melalui artikel ini, saya ingin meluruskan beberapa hal terkait ungkapan ini: "Truck aja punya gandengan, masa kamu ngak!"

Pertama, relasi berpacaran dan mempunyai pacaran melibatkan kedua pribadi yang punya pikiran, perasaan dan kemauan. 

Oleh karena itu, dalam pacaran, sebagai tahap proses saling mengenal cara berpikirnya, mengerti perasaannya bahkan memahami apa yang menjadi kerinduan hatinya. Hal ini tidak boleh dipaksakan. Orang perlu mengerti tujuan pacaran apalagi kalau semakin serius ke jenjang pernikahan.

Kedua, karena point pertama ini, maka setiap pasangan harus mengerti dinamika dalam berpacaran. 

Misalnya ketika ada konflik, putus atau selingkuh bukan solusi yang benar, tapi bagaimana mereka belajar mengelola konflik. Ketika sudah berkeluarga nanti, mereka sudah terbiasa mengelola konflik, meski konflik -konflik ringan, tapi justru itu latihan.

Ketiga, karena point pertama dan kedua, ketika ada konflik, setiap pasangan harus membedakan antara persoalan dan perasaan. 

Persoalan harus diselesaikan dengan tenang dan bijak. Sementara perasaan harus dijaga dan tetap saling mencintai. Bagian ini tidak mudah. Tapi belajar menelan hal-hal yang pahit dalam proses pacaran justru obat untuk kelanggengan sebuah hubungan.

Ibarat orang dewasa (baca: besar) ketika minum obat pahit, itu penyembuh untuk penyakitnya. Beda dengan anak kecil minum obat yang manis sejenis sirup.  Pengalaman pahit dalam proses pacaran jika dikelola dengan tepat, tidak jadi konflik, melainkan bisa jadi penyembuh untuk hubungan yang rukun bahkan romantis.

Doa saya, kiranya setiap Anda yang sudah punya "gandengan", belajarlah untuk memahami siapa "gandenganmu!  Apa yang pasanganmu pikirkan, rasakan dan mau. Jika, Anda sungguh mencintai pacarmu, maka Anda akan memandang konflik bukan tanda berakhirnya hubungan itu tetapi belajar bagaimana mengelolanya. Tetap perlakukan pacarmu sebagai pribadi dan bukan seperti barang.

  • Anda pun tidak perlu sindir-sindir atau bully orang lain yang belum punya "gandengan." Doakan dan bila perlu, kenalkan dengan orang yang tepat.  Belajar berikan support yang terbaik untuk orang lain agar mereka tidak minder atau trauma.

Bagi Anda yang belum punya "gandengan," jangan panik. Sabar dan percaya bahwa waktu Tuhan adalah waktu yang terbaik. Kadang kala Tuhan pertemukan "gandengan" yang kurang tepat sebelum Tuhan mengirimkan "gandengan" yang sepadan.

"Gandengan" yang kurang tepat sebelumnya menjadi proses kita belajar sehingga ketika Tuhan berikan "gandengan" yang tepat, kita sungguh siap dan tahu bagaimana menyayanginya sebagaimana Tuhan dan orang tua menyayanginya.

Lagian mempunyai pasangan, bukan hanya sekedar punya gandengan atau tidak.  Tetapi, bagaimana menerima seluruh hidupnya, termasuk masa lalunya yang kelam.  Anda pun harus siap "menggandenganya" dalam rangkulan yang Ilahi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun