Mohon tunggu...
Kornelis Ruben Bobo
Kornelis Ruben Bobo Mohon Tunggu... Dosen - Pendeta dan Dosen

Olahraga: Bola Kaki, Volly, Futsal, Badminton, Traveling, Makan, Berkunjung

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Mengerti Makna Ebenhaezer: Kerendahan Hati Membawa Pertolongan dan Kemenangan

11 Mei 2024   23:00 Diperbarui: 11 Mei 2024   23:02 115
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi orang berdoa. sumber gambar: (freepik.com)

Di artikel sebelumnya, saya telah membahas tentang makna lain dari kata Ebenhaezer, yaitu tempat di mana Bangsa Israel dikalahkan oleh orang-orang Filistin (1 Samuel 4:1b-2).  Kesombongan merupakan faktor mendasar Israel dikalahkan oleh bangsa Filistin.  Tidak hanya kalah, bangsa Israel tewas kira-kira 4.000 orang di hadapan orang-orang Filistin. (1 Samuel 4:2).

Selain sebagai tempat di mana bangsa Israel pernah dikalahkan oleh Orang Filistin.  Eben-Haezer juga merupakan saat dimana bangsa Israel pernah ditolong oleh Tuhan.  Saat dimana bangsa Israel memperoleh kemenangan dari Tuhan.  

Firman Tuhan dalam 1 Samuel 7:11-12 menunjukkan suatu pengalaman di mana bangsa Israel keluar sebagai pemenang atas orang Filistin.  Pertanyaannya adalah mengapa Bangsa Israel menang?  Bukankah tadinya mereka telah dikalahkan, tetapi kali ini mereka menang?  

(1) Bangsa Israel kembali kepada Tuhan (1 Sam. 7:3-4).  Ini merupakan suatu bentuk kerendahan hati yang mau berpihak kepada Tuhan.  Melalui nabi Samuel, Tuhan menyadarkan Bangsa Israel bahwa mereka sesungguhnya tidak bisa, tidak bisa menang tanpa keberpihakan Tuhan dalam hidup mereka.  

(2) Berdoa kepada Tuhan (1 Sam. 7:5-6).  Samuel pun mengajak umat Israel untuk datang kepada Tuhan dalam doa.  Ini merupakan suatu bentuk kerendahan hati yang mau mengandalkan Tuhan.  Kekuatan mereka tidak seberapa dibanding dengan kekuatan Tuhan yang perkasa.  

(3)  Samuel pun mengajak umat Israel untuk mempersembahkan korban kepada Tuhan sebagai tanda penyerahan total mereka akan Tuhan yang membuat mereka menang (1 Sam. 7:9-10).  Persembahan korban ini bukan untuk merayu Tuhan, laksana orang tua merayu anaknya dengan menjanjikan atau memberikan sesuatu hanya untuk anaknya bisa menurutinya.  

Kemudian apa yang terjadi, bangsa Israel dapat mengalahkan orang Filistin dengan kekuatan Tuhan (1 Sam. 7:11).  Bahkan tanda pengingat dimana Tuhan pernah menolong bangsa Israel, Samuel mendirikan sebuah batu di antara Mizpa dan Yesana dan menamainya Eben-Haezer artinya "Sampai di sini Tuhan masih menolong kita."  

Dalam bahasa Ibrani, kata Eben-Haezer terdiri atas tiga kata yakni Eben artinya "batu," Ha artinya "itu," dan Ezer artinya "pertolongan."  Jadi, secara harafiah, Eben-Haezer artinya "Batu itu pertolongan."  Kata "itu" menunjukkan sesuatu yang pasti. 

 Artinya, ketika Samuel berkata Eben-Haezer, Samuel sedang meyakini kepada Allah yang membuat mereka menang adalah Allah yang pasti (defenitif), bukan abu-abu (abstrak).  

Allah yang menolong dan memberi mereka kemenangan.  Allah yang sama juga sanggup untuk menolong dan memberi kita kemenangan demi kemenangan.  Asalkan kita senantiasa kembali kepada Tuhan, hidup dalam kerendahan hati dan penyerahan total kepada Tuhan.  Eben-Haezer.

Dengan merenungkan artikel sebelumnya tentang kesombongan.  Apakah ada sikap, perkataan dan tindakan kita yang menunjukkan kesombongan bahwa kita menghina Tuhan, tidak membutuhkan Tuhan lagi bahkan menggeser Tuhan dari hidup kita, sehingga kita bisa menjadi orang percaya yang selalu dikalahkan?  

Atau kita mungkin tidak mempunyai pengalaman seperti bangsa Israel.  Hal-hal yang seolah-olah bisa mengalahkan kita mungkin melalui sakit penyakit, masa lalu, pekerjaan, pelayanan, orang-orang yang bekerja dengan kita, keluarga, harapan atau doa yang belum terjawab, dll.  

Namun, Tuhan menghendaki, ketika kita kembali kepada Tuhan, dalam doa dan kerendahan hati serta penyerahan total kepada-Nya. Allah sanggup untuk memberikan pertolongan-Nya bagi kita.  Allah ingin agar kita mengalami pertolongan dan kemenangan daripada-Nya serta mendirikan The Stone of Help sebagai tanda bahwa sampai di sini, sampai hari ini, sampai nanti di akhir hidup kita, Allah masih menolong kita.  

Dengan demikian, kita dapat bercerita kepada keluarga, anak, cucu dan orang-orang di sekitar kita bagaimana Tuhan memulihkan, menolong dan memberikan kemenangan kepada kita.  Amin.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun