Ketika Anda mendengar atau menyebut istilah pacar atau pacaran, apa yang terlintas di pikiran Anda? Menurut KBBI, pacaran dari kata dasar pacar berarti teman lawan jenis yang tetap dan mempunyai hubungan berdasarkan cinta kasih, kekasih. Â Juga berarti belahan diri, belahan jiwa, biji mata, buah hati, bunga hati, cahaya mata, kekasih, kesayangan, mahkota hati, mahkota jiwa, pujaan hati, tambatan hati. Â
Kemudian, pacaran = berpacaran artinya bercintaan, berkasih-kasihan, bermesraan, bersuka-sukaan, indehoi. Â Jadi, pacaran adalah suatu hubungan di antara kedua orang: laki-laki dan perempuan yang didasarkan pada cinta kasih dimana keduanya bercintaan, berkasih-kasihan, bermesraan, bersuka-sukaan dan indehoi.
Menurut saya pribadi, pacaran adalah proses saling mengenal di antara kedua orang: laki-laki dan perempuan yang sedang saling mencintai, di mana hubungan mereka itu didasarkan pada cinta kasih, visi serta tujuan hidup yang jelas dan bukan nafsu, motivasi liar dan posesif tidak terkendali. Â
Istilah pacaran dan pacar itu sendiri tidak pernah ada dalam Alkitab. Jika tidak pernah ada, mengapa kita orang Kristen menggunakan istilah ini? Â Bagi anak muda Kristen, Apakah kita tetap menggunakan istilah pacaran dan pacar? Â Jika tidak, kita harus menyebut dengan istilah apa? Â Bagaimana kita seharusnya memahami dan memberikan makna yang benar tentang pacaran dan pacar?
Untuk menjawab pertanyaan ini, saya memberikan analogi tentang istilah tritunggal yang juga tidak pernah ada di dalam Alkitab. Namun, pemikiran-pemikiran atau kebenaran-kebebaran dasar mengenai tritunggal terdapat di dalam Alkitab. Â Demikian juga dengan istilah pacaran atau pacar. Â Meskipun tidak ada istilah ini di dalam Alkitab, namun secara implisit (tidak langsung), pengajaran, prinsip-prinsi dan gagasan yang menjadi arahan mengenai pacaran, proses membangun hubungan disebutkan di dalam Alkitab.
Dalam buku Tata Gereja dan Peraturan Pelaksanaan GSJA di Indonesia, Kongres XXII, Surabaya, 8-12 Agustus 2011, hal. 16, menyebutkan Pengakuan Iman GSJA, khusus Point pertama : "Alkitab adalah Firman Allah yang diilhamkan dan tanpa salah; satu-satunya kaidah yang mutlak dan berwenang bagi iman dan perilaku manusia." Itu berarti, ketika kita ingin membahas pacaran, maka Alkitab merupakan kaidah bagi iman dan perilaku berpacaran.Â
Rasul Paulus dalam 2 Timotius 3:16 menegskan bahwa  "Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran."  Jadi, secara implisit, Alkitab memberikan kaidah, pendidikan atau ajaran mengenai prinsip-prinsip dasar dalam membangun dan membina suatu hubungan, seperti pacaran.   Berikut, saya akan membahas beberapa prinsip Alkitabiah tentang pacaran!
Kejadian 2:18-23;Â
2:18 TUHAN Allah berfirman: "Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan menjadikan penolong baginya, yang sepadan dengan dia." 2:19 Â Lalu TUHAN Allah membentuk dari tanah segala binatang hutan dan segala burung di udara. Dibawa-Nyalah semuanya kepada manusia itu untuk melihat, bagaimana ia menamainya; dan seperti nama yang diberikan manusia itu kepada tiap-tiap makhluk yang hidup, demikianlah nanti nama makhluk itu. Â
2:20 Â Manusia itu memberi nama kepada segala ternak, kepada burung-burung di udara dan kepada segala binatang hutan, tetapi baginya sendiri ia tidak menjumpai penolong yang sepadan dengan dia. Â 2:21 Â Lalu TUHAN Allah membuat manusia itu tidur nyenyak; ketika ia tidur, TUHAN Allah mengambil salah satu rusuk dari padanya, lalu menutup tempat itu dengan daging. Â 2:22 Â Dan dari rusuk yang diambil TUHAN Allah dari manusia itu, dibangun-Nyalah seorang perempuan, lalu dibawa-Nya kepada manusia itu. Â 2:23 Â Lalu berkatalah manusia itu: "Inilah dia, tulang dari tulangku dan daging dari dagingku. Ia akan dinamai perempuan, sebab ia diambil dari laki-laki."