Sembari ngobrol, kakak saya, Darius dan keluarga lainnya, menanyakan bagaimana perjalanan kami, jauh atau dekat? Â Seru ngak? Â Capek ngak? Kehujanan ngak? Â Dingin ngak? Lebih dingin mana: Bogor atau Jrakah? Â Salatiga atau Jrakah? Â Dan sejumlah pertanyaan praktis lainnya. Â Kami tidak hanya berfokus untuk menjawab pertanyaan mereka, tetapi juga memperhatikan senyum dan canda mereka sembari bertanya sangat mencairkan suasana bahkan mulai berkurang rasa capek kami. Â Â
Hingga di sore hari, kami sangat merasakan cuaca yang sejuk dan dingin. Â Apalagi di malam hari. Â Kami bersyukur, disediakan selimut yang cukup tebal, dan itu sangat menghangatkan istrahat kami. Â Kami mengamati kedua anak kami, meskipun cuaca di Jrakah sangat dingin, dibanding di Salatiga, tempat kami tinggal, keduanya sangat nyenyak bobonya. Â
Kami membandingkan ketika melihat mereka istrahat di Salatiga, mereka kadang terbangun di tengah malam karena agak panas dan gerah. Â Namun, ketika di Jrakah, rumah kakak saya, Â mereka sangat terlelap, apalagi Nael, sangat pulas. Â Hingga saya foto dan mengambil video. Â Kecuali, Shema kadang ia terbangun karena haus atau lapar dan ia harus menyusui. Â Intinya, istrahat kami sangat berkualitas.Â
Satu hal yang saya renungkan bahwa liburan bersama keluarga itu jika sungguh dinikmati, baik perjalanannya, tempatnya, cuacanya, makanannya, kekeluargaannya, obrolannya hingga istrahatnya, pasti membawa kesembuhan dan pemulihan bagi hidup itu tersendiri. Â Itu sebabnya, jika berlibur, benar-benar berliburlah. Â Fokuskan diri untuk ber-Quality Time dengan keluarga tercinta: istri dan anak-anak bahkan mungkin bersama saudara atau orang tua dan mertua hingga orang-orang dan lokasi yang kita jumpai. Â Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H