Saya mengamini memang situasi perbulutangkisan saat ini menimbulkan efek yang cukup dilematis terhadap tunggal putra Indonesia. Pola dan motivasi permainan pemain tidak tumbuh kuat, kreatif dan mematikan. Pada hal bulu tangkis adalah kita, kita adalah bulu tangkis. Mengapa sekarang kita belum lagi melahirkan pemain tunggal yang benar-benar bersinar di kancah dunia.
Secara rasional dan jujur, memang berlaga dalam pesta olahraga terbesar kedua di dunia ini bukanlah perkara yang mudah atau gampang dilalui. Yang pastinya atlet-altet negara partisipan sebanyak 44 negara lainnya juga turut menyiapkan kemampuan terbaiknya agar dapat menampilkan performa yang optimal.
Apalagi dalam susunan peringkat saat ini, dua tunggal putra andalan kita ini masing-masing menempati posisi ke-13 (Anthony Sinisuka Ginting) dan ke-15 (Jonatan Christie). Keduanya memang terpaut jauh dari nama-nama beken seperti Kidambi Srikanth peringkat 3, Chen Long (4), Lin Dan (6), atau Shi Yuqi (8) yang pasti akan turun berlaga.
Asian Games 2018 juga sungguh special karena di sana bekas gegap gempita HUT RI masih bergema. Sehubungan dengan itu, lagi lagi kita bertanya apakah mungkin jawaban kejutan di atas berasal dari mulut kalian berdua dengan berkata UntukmuIndonesiaku, ku (baca:kami) persembahkan hadiah terbaik ini yaitu gold medal (medali emas) di hari kemerdekaanmu?
Pada akhirnya, memang kita semua kembali pada semangat awal bahwa satu hal yang perlu diingat siapapun atlet yang berlomba secara resmi telah menerima kepercayaan bangsa. Artinya, semua masyarakat menaruhkan martabat keolahragaannya di bidang masing-masing terkhususnya bulu tangkis pada pundak atlet-atlet tersebut.
Olahraga mempunyai peran sebagai mesin nation and character building karena memiliki fungsi spirit kebangsaan. Olahraga dijadikan sebagai alat pemersatu bangsa, membentuk karakter individu dan kolektif, serta memiliki potensi mendinamisasikan sektor-sektor pembangunan yang lain, demikian tulis Danarstuti Utama sebagaimana saya kutip dari Jurnal Olahraga Prestasi, Volume 11, Nomor 2, Juli 2015. Maka, dengan harapan mesin tunggal putra dapat memproduksikan hasil yang terbaik dengan sendirinya akan menciptakan efek spirit kebangsaan itu sendiri.
Tentu kita baik atlet, pelatih, pemerintah dan masyarakat berdoa dan mendukung sepenuhnya laga demi laga yang dilakoni. Pesan kepada semua atlet agar tetap fokus, pikiran dan hati tetap jernih, dan berjuang setotal-totalnya sampai titik kemenangan hadir. Dan, jangan pernah ragu untuk menjawab tantangan.
-Selamat berlaga di Asian Games 2018-Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H