Laju langkah terhalang telapak tangan yang mengelus mataÂ
Guyuran tangisan dari matanya yang indah kini telah memerahÂ
Gelombang dengungan bergemuruh timbul dari bibir nya  mungil kini telah  membengkakÂ
Ruangan ini kini menjadi tempat meng kolaborasi semua penderitaanÂ
Matanya taklagi terbuka hanya terlihat airmata yang menyapaÂ
Ku hanya ingin mengusapnya untuk meringankan kepedihannyaÂ
Namun hatinya yang menolak dan bahkan dapat meyakiti dirinya sendiriÂ
Perasan ini suguhan membuatku penasaran karna airmata yang iya keluarkan membuat kuingin  menghibur nyaÂ
Namun apadaya airmatanya bertambah deras disaat ku tau kalau airmatanya turun karenaku
Diriku terasa tertekan dan tak kuat memandang mata yang dimana setetes airmata itu turun membasahi pipinyaÂ
Awalnya kuingin iya bahagia namun berakhir deritaÂ
Yang kuinginkan tawa  namun berakhir duka
Kutau kau berkata kau memaafkanku namun hatimu menyiksa mu
Andaikan kutau kebahagiaan yang kuberi  hanya penyiksan  bagimu Â
Kan kuberi kesedihan ku agar kau dapat tersenyum dan bahagia
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H