Mohon tunggu...
Koalisi Pemuda Hijau Indonesia
Koalisi Pemuda Hijau Indonesia Mohon Tunggu... -

Mepersatukan generasi muda Indonesia untuk peduli dan tanggap demi terwujudnya lingkungan Indonesia yang lestari

Selanjutnya

Tutup

Nature

Teknologi Mendekatkan Manusia Pada Alam

16 Maret 2013   15:08 Diperbarui: 24 Juni 2015   16:39 384
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nature. Sumber ilustrasi: Unsplash

Kita sebagai orang awam seringkali mengeluhkan kondisi cuaca yang tidak dapat diprediksi, tanpa mencoba mencari tahu alasan dibaliknya. Padahal keadaan cuaca tidak menentu tersebut disebabkan oleh banyak hal dan dapat pula dicegah dengan banyak cara. Seperti setelah banjir yang terjadi di Jakarta 17 Januari lalu, para peneliti iklim mengamati setiap gerakan awan beserta jumlah curah hujan yang dibawanya.

Melalui penelitian tersebut, pergerakan hujan dapat diprediksi dan dicegah agar tidak terjadi kondensasi di wilayah Jakarta. Misalnya dengan cara menyebarkan sebanyak lima ton garam di atas awan yang membawa hujan, sehingga kondensasi itupun “dipaksa” untuk terjadi sebelum masuk ke langit Jakarta. Dan tentu saja, untuk dapat mengetahui hal tersebut, para peneliti tidak lepas dari teknologi canggih yang mempermudah mereka mengamati keadaan alam.

Seiring dengan perkembangan jaman, teknologi pun berkembang sangat pesat khususnya dalam dua ratus tahun terakhir. Dengan berkembangnya teknologi, kondisi-kondisi meteorologis dapat diteliti dan diprediksi menggunakan beberapa jenis peralatan dengan fungsi yang berbeda-beda, yakni buoy, satelit dan radar.

Buoy merupakan alat yang memantau perubahan unsur cuaca yang terjadi baik di atas maupun di bawah laut. Bentuknya seperti pelampung dan biasanya berwarna terang. Buoy ini sering kali digunakan untuk memantau kondisi cuaca di wilayah perairan dalam jangka waktu panjang yang lebih dari setahun. Dan patut dibanggakan bahwa ternyata Indonesia merupakan satu-satunya negara di ASEAN yang mempunyai buoy pendeteksi cuaca tersebut! Sedangkan untuk melihat kondisi meteorologisdalam kurun satu tahun maupun kurang, peneliti biasanya menggunakan satelit, baik satelit aqua modis ataupun satelit terra. Dan untuk melihat kondisiharian terkini, alat yang digunakan adalah radar dengan berbagai macam bentuk dan kegunaan.

Salah satu radar terbaru dan akurat untuk mengetahui dan memprediksi cuaca suatu wilayah, seperti yang dipaparkan dalam “Workshop on MCCOE Radar Meteorology/Climatology in Indonesia” tanggal 28 Februari 2013 lalu adalah X-Band Multi Parameter Radar (X – Band MPR). MPR ini mempunyai banyak fungsi, tetapi paling sering digunakan untuk meneliti dan mengestimasi curah presipitasi secara kuantitatif. Cara kerja radar ini adalah dengan menangkap kekuatan gelombang radio horizontal maupun vertikal yang dihasilkan dari suatu hujan. Informasi yang didapatkan dari radar tersebut kemudian diolah oleh pengamat meteorologis untuk menentukan apakah akan terjadi hujan, kapan dan berapa lama berlangsungnya hujan, intensitas hujan.

Hal yang membuat X-Band MPR lebih istimewa adalah harganya yang terjangkau, ukurannya yang kecil (yakni hanya berdiameter 2 meter) serta terlebih adalah kemampuannya yang dapat menjangkau jarak hampir sejauh 80 km, karena daya jangkauan yang hanya sejauh 80 km tersebut, sehingga kejadian yang ditangkap akan lebih akurat dan detail dibandingkan radar konvensional yang daya jangkaunya hanya mencapai 200 m. Selain itu, MPR pun dapat membantu kita mempelajari fenomena lainnya seperti proses terbentuknya awan, intensitas, waktu and lokasi munculnya petir, dan yang paling mengesankan adalah modifikasi cuaca dengan membuat hujan buatan. Dan keunggulan lain X-Band MPR yang sangat diperlukan Indonesiaadalah membantu kita dalam melakukan mitigasi bencana. Karena dengan adanya radar ini, para peneliti mampu mengetahui dengan lebih cepat dan akurat mengenai kondisi meteorologis yang sedang dan akan terjadi sehingga tindakan pencegahan dapat dilakukan dengan lebih cepat.

Pemerintah Indonesia, dalam hal ini Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), bekerja sama dengan Japan Agency for Marine Earth Science Technology (JAMSTEC) dalam pengadaan radar di Indonesia di bawah proyek yang bernama “Hydrometeorological Array for Intra-seasonal Variation Monsoon Auto-monitoring” (HARIMAU). HARIMAU merupakan proyek yang dikembangkan untuk memonitor kondisi cuaca dan iklim secara cepat, periodik dan berkesinambungan. Program ini dipusatkan di lima kota di Indonesia, yakni Jakarta, Padang, Pontianak, Menado dan Biak. Para peneliti dari Indonesia dan Jepang bersama-sama mempelajari fenomena yang terjadi di kelima kota tersebut untuk dapat memberikan informasi nyata dan cepat mengenai keadaan cuaca saat itu, dibawah naungan Maritime Continent Center of Excellent (MCCOE).

Salah satu hasil dari proyek kerja sama ini adalah sebuah laman internet yang memberikan informasi cuaca, saat ini hanya di wilayah JABODETABEK, yang bernama SIJAMPANG (Sistem Informasi Hujan dan Genangan Berbasis Keruangan). Aplikasi ini berguna untuk masyarakat umum untuk mengantisipasi kehujanan di jalan atau mengantisipasi banjir dengan melihat intensitas hujan yang akan turun karena diperbaharui setiap enam menit sekali (real-time). Sangat aplikatif! SIJAMPANG dapat diakses melalui tautan berikut: http://neonet.bppt.go.id/sijampang.

Beragam teknologi telah mempermudah kita sebagai manusia untuk memahami alam dan gejalanya. Ribuan peneliti mengamati dan mempelajari gejala alam tersebut setiap harinya untuk memprediksi kejadian yang akan terjadi. Kita sebagai masyarakat awam yang belum memahami banyak tentang teknologi tersebut, hendaknya dapat meningkatkan kepedulian kita terdahap adanya teknologi yang mampu kita memahami alam dengan lebih baik. Pemahaman kita tentang kondisi alam yang sebenarnya dan akurat dapat menghantarkan kita untuk memahami apa yang sedang dirasakan dan dialami alam kita. . Paling tidak, kita jika pemahaman teknologi masih sangat sulit untuk kita, baiknya kita dapat memulai dengan peka terhadap lingkungan sekitar serta gejala yang sering muncul, agar kita mendapatkan manfaat dari fenoma alam tersebut, bukannya malah mendapat celaka.

Mari mulai mengamati sekitar dan cari tahu apa arti dari kejadian-kejadian yang kalian temukan!

Oleh: Sri Rizki Kesuma Ningrum

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun