Saya paham bahwa musik berisik genre metal itu memekakkan telinga, cenderung memanaskan suasana dan menyulut militansi agresif.
Ambivalensi irama berisik yang sarat disonansi ini makin memanas di telinga yang disasar dengan sentilan pesan-pesan ekokritiknya yang pedas.
Memanfaatkan musik sebagai katalis perubahan bukanlah hal baru. Musik sudah lama menjadi suara tajam gerakan lingkungan hidup.Â
Lirik-lirik ekokritiknya adalah bagian dari ekoliterasi yang handal untuk andil dalam gerakan peyadaran berlingkungan yang baik.
Lagu tentang cinta dan keajaiban alam gemilang sejak zaman klasik ketika alam belum mendapat usikan yang khawatirkan. Â
Sedang di abad 19, penggunaan lagu protes populer dan jenis lainnya yang dapat memajukan ide atau tujuan aktivisme lingkungan mulai tumbuh dengan suburnya.
Berbagai lagu sentimental tentang taman, lanskap, dan flora dan fauna memainkan peran dalam memajukan gerakan konservasionis dan pelestarian yang sebagian besar merupakan landasan gerakan lingkungan modern.
Tak terkecuali jenis musik yang berdistorsi berisik ini, genre thrash metal berhasil mencuri perhatian publik untuk urusan ekokritik.
Keprihatinan antroposentrisnya juga tidak tanggung-tanggung, mereka memandang komunitas sosial lebih dari sekadar manusia.Â
Dengan lecutan tempo cepatnya yang dipadu dengan lirik distopianya, musik berisik ini mampu mengangkat tinggi-tinggi ke permukaan tentang isu-isu sosial-politik pada tahun 80-an.
Bukan hanya menguji norma, agama, status quo ekonomi, kelindan dan pelik politik, ketidakadilan sosial, musik berisik ini juga peduli terhadsp kelestarian bumi dan seisinya.
Bukti ini terwujud dalam pernyataan-pernyataan etika lingkungan hidup yang terserap dalam 18 lagu yang dirilis oleh 12 kelompok musik thrash metal antara 1987 dan 2013. (International Journal Ethics Education, 2016)
Tak tanggung-tanggung, mereka adalah kelompok tersohor seperti: Kreator, Megadeth, Metal Church, Metallica, Nuclear Assault, hingga Testament.
Bagaimana karakter lirik-lirik ekopedagogis mereka dalam andilnya terhadap pelestarian lingkungan hidup?
Alur pedagogis pada lirik mereka cukup unik dan cenderung distopia.
Dengan cermat mereka mengamati perubahan dimensi kehidupan sosial dan konsekuensi etis di sekitarnya yang ruwet menjadi lirik lagu sederhana yang mudah dicerna.
Termasuk mengenai isu-isu lingkungan hidup yang sering menemui jalan buntu di masyarakat. Di sinilah saya menjadi suka.
Dengan lirik-lirik ekokritik, mereka membuka celah bagi radikalisasi positif untuk lebih menelaah secara kritis sebab dan akibat krisis ekologi yang terjadi.
Kekuatan akhir lirik-lirik distopia mereka mampu menciptakan peluang pembebasan yang biasa dimunculkan melalui pengalaman langsung, refleksi diri dan kekompakan komunitasnya.
Pedagogis musik berisik bersifat ultrapraksis, dalam artian militan untuk urusan penggabungan teori dan praktik.
Hal inilah yang menempatkan posisi ekopedagogis distopia mereka menjadi pengajaran lingkungan yang konsisten, solid dan kritis.
Karakter pedagogis distopia atas sesuai dengan pengertian ekopedagogi menurut beberapa ahli.
Kahn (2010), telah menyebutnya sebagai gerakan dimensi kosmologis, teknologi, dan organisasi kehidupan sosial, yang berusaha mencapai kemenangan melalui kemampuannya untuk membuka peluang bagi radikalisasi dan proliferasi program ekoliterasi baik di lingkungan pendidikan maupun masyarakat.
Mari simak refrein (bagian yang diulang) dari lagu "Greenhouse Effect" dari Testament, grup thrash metal legendaris California yang peduli mengenai kehancuran dan kerusakan hutan di Amerika Selatan itu.
Refrein:
Seal the planet's fate
Crimes they perpetrate
Wasting precious land
It's time to take a stand
Our only hope to breathe again
To stop the madness closing in
What will we do when all is lost
Environmental holocaust
Komposisi perlawanan dari refreinnya cukup kental dengan nilai-nilai ekopedagogis.Â
Andil mereka patut dan layak ditiru untuk lebih memadatkan ekopedagogis pada lagu-lagu yang selanjutnya akan mempunyai peluang besar dalam gerakan penyadaran ini.
Saya juga demikian. Mencoba ikut andil perlawanan bercorak ekopedagogis ini dengan membuat lirik lagu dengan judul "Psikopat Zaman" (2012), beserta 6 judul lirik lainnya yang dinyanyikan oleh kelompok musik grindcore tanah air, Licked Torment.
Secara umum lirik-lirik saya secara implisit berusaha untuk menyampaikan pesan moral positif untuk masalah sosial kemasyarakatan dan lingkungannya.
Semoga saja budaya ekopedagogis ini terus berjaya di tengah arus budaya lirik lagu superkonten nan ambyar sekarang ini.Â
Jayalah selalu andil penyadaran ala distopia social insane untuk dukung misi ekopedagogis, seperti yang sedang diupayakan dalam bentuk gerakan penyadaran dan tindakan nyata semisal yang berlabel net zero emissions ini.
Dengan cara tersebut, semoga pula musik berisik secara krusial mampu untuk terus memobilisasi dan mendukung perkembangan protes subkultur yang berkelanjutan untuk peduli dengan lingkungan sekitarnya.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H