Sebagai peminat kegiatan luar ruangan, mountaineering, saya sering berinteraksi dengan alam bebas.
Tentang hijaunya hutan,derasnya jeram sungai, kokohnya gunung tertancap, tak ayal menjadi sumber inspirasi penulisan ekofiksi saya.Â
Semua citra indah kekayaan alam tersebut seakan menjalar kuat di setiap narasi yang tertulis.Â
Bagaimana ketika diksi pohon, air, awan, mentari, laut dan lainnya bersinergi kuat membangun narasi penyadaran diri.
Dengan kecenderungan ekstrim tersebut, teori hipotesis psikologi menyebut diri saya sebagai biofilia; persona dengan kecenderungan yang sangat kuat untuk kontak dengan alam atau lingkungan alaminya.
Mungkin bukan saya saja, Anda semua secara fitrah sudah mengandung ruh biofilia ini sejak lahir. Tinggal pemantiknya saja yang berbeda.
Kegandrungan saya terhadap narasi ekofiksi ini merupakan proses penyadaran yang cukup panjang.Â
Dengan segar telah saya tumpakan semua citra biolifiknya di karya-karya sastra ekofiksi yang berjudul Lalie Djiwo 1903, Loji dan Katastrofe Arkais.
Tentu terciptanya narasi tersebut dibarengi dengan pengalaman kegiatan luar ruangan yang banyak menyimpan memori episodik yang menggunung.
Memori inilah sebagai bahan baku otobiografi yang sangat imajinatif untuk narasi-narasi ekofiksi.
Dari sini saya kuat berasumsi bahwa penyadaran individu tentang alam dapat dipantik dengan hal yang  aposteriori;  melibatkan deduksi teori dari fakta dan pengalaman.