Di sisi lain, alam membutuhkan ekofiksi sebagai alat konservasinya.Â
Dengan desain simbiosis mutualisme yang kuat tersebut, semisal, penulis ekofiksi yang utilitarian humanistik akan berjibaku menyajikan tema-tema renyah efisiensi sumber daya alam dalam plot-plot yang mengalir indah.
Keindahan alam akan selalu menjadi sumber  pembulatan informasi, pikiran atau perasaan yang muncul hingga mengkristal membentuk struktur imajinatif yang siap menjadi alat konservasi alam versi gerakan budaya.
Yang naturalistik akan bersajak indah tentang indahnya langit biru.Â
Adapula yang  saintifik, dengan sentuhan logis ilmiahnya akan membangun kisah-kisah simbolis dan moralistis tentang penyadaran logis emisi karbon misalnya.
Saya dan Anda semua dapat memulainya dari sini.Â
Bukankah ini keahlian terdekat para penulis untuk berpartisipasi dalam mendukung net zero emissions yang sedang disuarakan saat ini?
Bukankah pula karya-karya sastra dunia banyak bernarasi ekologis kuat?
Inilah warisan yang berharga untuk konservasi alam.
Betapa berpengaruhnya kekuatan insan biolifik seperti Indra Sinha dalam karya ekofiksinya, "Animal People", mampu menggerakkan kekuatan konservasi atas ledakan gas Bhopal di India.Â
Ini merupakan salah satu bencana lingkungan paling mengerikan di abad ke-20.