Mohon tunggu...
Yudho Sasongko
Yudho Sasongko Mohon Tunggu... Freelancer - UN volunteers, Writer, Runner, Mountaineer

narahubung: https://linkfly.to/yudhosasongko

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Active Travel: Mitigasi Kampus Hijau

13 Oktober 2021   18:36 Diperbarui: 13 Oktober 2021   18:40 150
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Teringat di era 90-an, segerombolan mahasiswa berjalan kaki berbondong-bondong ke kampus dengan berbagai mimik wajah masing-masing.

Saya juga demikian waktu itu. Untungnya kontrakan dekat gerbang kampus.

Berbeda dengan mereka yang sebagian besar lumayan jauh jaraknya. 

Salut, tetap bersemangat berjalan kaki menuju kampus. Sesuatu yang luar biasa jika itu terjadi masa kini.

Sebelum kemudahan kredit motor ringan bak beli kacang goreng, sebelum meluasnya disrupsi komunikasi dan transportasi, kehidupan jalanan kampus semarak dipenuhi mahasiswa yang berjalan kaki.

Dan itu benar-benar saya rasakan beberapa tahun yang lalu. Ketika menyelesaikan urusan legalisir di sebuah kampus di kota dingin, Malang, terasa kehidupan jalanan kampus sepi dari pejalan. 

Terasa asing, berjalan kaki dikepung lalu-lalang kendaraan bermotor. 

Hanya beberapa gelintir yang terlihat. Itu pun berjalan menuju parkiran.

Proporsi mahasiswa yang berjalan kaki dan bersepeda kayuh ke kampus menurun dari tahun ke tahun.

Fenomena ini justru dilirik oleh mereka nun jauh di sana, di Kota Cardiff, Britania Raya.

Bukan hanya dilirik, namun menjadi penelitian dan proyek percontohan untuk "Active Travel".

Universitas Cardiff dan Leeds telah mengemban misi "Active Travel" bergandengan dengan Sustrans, badan amal transportasi berkelanjutan, untuk merintis pendekatan baru untuk pemodelan rute berjalan kaki dan bersepeda ke kampus.

Pengertian "Active Travel" di sini khas. Menunjuk pada perjalanan aktif (berjalan kaki, bersepeda atau scooting untuk transportasi). 

Active Travel dianggap sebagai bentuk perjalanan yang sehat dan berkelanjutan dari dari satu titik ke titik lainnya.

Berbasis kaidah "Sit Less Get Active", bahwa aktivitas fisik secara teratur itu penting sejak usia dini guna meningkatkan kesehatan fisik dan mental dengan berjalan atau bersepeda ke sekolah atau kampus.

Ini merupakan kesempatan untuk membentuk perilaku yang mendukung net-zero emissions.

Efek bersih dari perjalanan aktif ini tentu berpengaruh pada jejaki karbon, khususnya terkait mobilitas yang rendah emisi.

Pergeseran moda perjalanan yang padat karbon ke moda perjalanan rendah karbon merupakan potensi besar untuk mengurangi emisi.

Ini merupakan salah satu cara yang lebih menjanjikan untuk mengurangi jejak karbon transportasi. 

Peran kampus sangat diperlukan dalam sosialisasinya.

Terutama bagi Indonesia yang telah menargetkan capaian Net-Zero Emissions (NZE) tahun 2060. 

Di mana berbagai kebijakan pembangunan rendah karbon mulai diterapkan di berbagai sektor, kebijakan "Active Travel" di kampus dan institusi pendidikan lainnya juga perlu diperhatikan.

Solusi "Active Travel" di kampus atau di institusi pendidikan lainnya menunjukkan bahwa perlu perubahan dan investasi pada lingkungan fisik yang mempengaruhi mahasiswa dan pelajar sebagai pejalan dan pesepeda ke sekolah atau kampus.

Perubahan tidak selalu membutuhkan investasi besar. 

Perbaikan fisik berbiaya rendah seperti menyediakan hak jalur dan rute mereka dan penyeberangan yang aman bisa dilakukan mandiri pihak kampus.

Selain itu, setiap personal dapat langsung berpromosi ke teman sejawat untuk berinvestasi dalam perjalanan aktif "Active Travel" di kampus dengan berjalan kaki, bersepeda, e-biking, e-scooting hingga e-car.

Kampus dan penghuninya sambil terus berupaya perlahan menurunkan moda bermotor yang mengandalkan sumber energi fosil.

Dengan mempertimbangkan pola dan kendala perjalanan individu, berjalan kaki atau bersepeda tersebut, secara realistis itu dapat menggantikan perjalanan singkat dengan mobil atau motor.

Hal tersebut juga dapat menghemat hampir bahan bakar dan memangkas emisi karbon.

Ini solusi paling nyata dunia kampus dan institusi pendidikan lainnya dalam mengurangi emisi karbon.

Fokusnya, mendorong mahasiswa untuk mengganti perjalanan yang mereka lakukan saat ini dengan mobil atau motor diganti dengan perjalanan berjalan kaki atau bersepeda.

Kepentingan ini bermanfaat jauh ke depan bagi nilai perbandingan emisi karbon rantai produksi antara sepeda dan kendaraan bermotor. 

Tentu, produksi sepeda kayuh ataupun e-bike lebih rendah jejak karbon daripada manufaktur sepeda motor energi fosil.

Untuk lebih memahami dampak pengurangan karbon dari perjalanan aktif di kampus, penting untuk menilai faktor penentu utama (dan perubahan) emisi karbon perjalanan itu sendiri.

Diperlukan analisis komparatif yang terperinci dari distribusi dan komposisi emisi berdasarkan moda transportasi dan tujuan perjalanan dengan berbagai konteksnya.

Semisal data hubungan emisi karbon perjalanan ke kampus ditentukan oleh pilihan dan penggunaan moda transportasi.

Yang pada gilirannya dipengaruhi oleh karakteristik mahasiswa, status sosial, akses persepsi keamanan, dan kenyamanan.

Semoga refleksi mitigasi net zero emissions kampus hijau yang sederhana dan mudah dilaksanakan ini terpantulkan menjadi sebuah kebijakan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun