Ayat-ayat pilihan Ramadan bagian-16
Dan mereka itu (ahli sihir) tidak memberi mudarat dengan sihirnya kepada seorangpun, kecuali dengan izin Allah. (Al Baqarah 102)
Magizoologist adalah penyihir yang mendalami ilmu Magizoology. Sedang magizoology adalah ilmu yang mempelajari kehidupan zoologi dunia sihir, termasuk tentang satwa-satwa gaib.Â
Membahas sihir sama halnya membahas tentang logos dan mitos. Sihir dan sains adalah dua hal paradoks. Sama halnya membahas logos dan mitos. Ketika hal luar biasa tidak bisa dijelaskan dengan nalar, maka dianggap sebagai sihir. Ketika sesuatu yang tidak terbukti dan terverifiksasi dengan sahis maka disebut dengan mitos.
Padahal sesuatu yang belum diketahui karena kurangnya ilmu bisa saja merupakan hal yang tak nalar baginya. Begitu ia sampai pada pengetahuannya maka berubah menjadi sebuah sains atau logos. Begitupun ketika Negeri Babil diuji dengan turunnya dua malaikat (Harut dan Marut), ilmu sihir berkembang dengan pesat.
Sihir-sihir yang paling menakutkan saat itu adalah bagaimana mereka mencerai-beraikan hubungan suami-istri. Â Beberapa hal yang perlu diketahui tentang ayat ini adalah sebagai berikur:
1. Angelologis Malaikat Harut dan Marut membawa perubahan keadaan negeri Babil berkembang menjadi pusat pengembangan ilmu sihir yang besar.
2. Magizoologi menjadi fokus dakwah tauhid selanjutnya.
3. Magizoologi yang berkembang di negeri Babil adalah Magizoologi Angelologis (sihir level malaikat).
Ada hal menarik pada susunan ayat seperti lafaz "hum" pada "wa maa hum", yang menunjukkan kumpulan massa  berupa para praktisi dan pebelajar sihir Negeri Babil yang telah mencapai level tinggi dan saling beradu ilmu sihir. Lafaz "hum" tersebut tidak bisa menjalankan sihirnya atas izin Allah Swt, terlihat pada lafadz "Illa bi idznillaah" (kecuali dengan izin Allah).
Kemudian pada lafaz "bidhoorrina bihi " (mudhorot padanya), di mana susunan harfun jar zaidiyah pada lafadz "bi" serta tambahan dhorof (keterangan) yang diwakili oleh lafaz "dhoorrina bihi" (mudhorot kepadanya).
 Hal ini bisa membuka peluang bahwa sihir (al- sihr) yang diajarkan juga mempunyai sisi "manfaat". Hingga terjadilah perlawanan antara para pendukung agama samawi (adyan samawiyyah) dengan oposan yang juga menggunakan sihir.
Gramatikal
" Dan mereka itu tidak memberi mudarat dengan sihirnya kepada seorangpun kecuali dengan izin Allah "
1. Wa maa hum (Dam mereka tidak memberi), merupakan gabungan antara:
-- harfun wawu haliyah pada lafadz "wa".
-- bentuk hujaaziyah pada lafadz "maa".
-- kata ganti kepemilikan pada lafadz "hum".
2. Bidhoorriina bihi (Mudarat padanya), merupakan gabungan antara :
-- harfun jar zaidahpada lafadz "bi"
-- bentuk majrur pada lafadz "dhoorrina"
-- merupakan susuna jar wa majrur pada lafadz "bihi" yang muta'alaq (terkait) dengan lafadz "dhoorrina".
3. Min ahadin (kepada seorangpun), merupakan gabungan antara :
-- harfun jar zaidah pada lafadz "min".
-- bentuk majrur pada lafadz "ahadin".
4. Illa bi idznillaah (kecuali dengan izin Allah), merupakan gabungan antara :
-- adat syarat pada lafadz "illa".
-- susuna jar wa majrur pada lafadz "bi idzbnillaah"
Tafsir
1. Sihir itu lemah, jika kita lebih lemah lagi ya manjurlah sihirnya.
2. Sihir bekerja pada sunatullah.
3. Tersedia ayat-ayat pembakar sihir. Namun, jika yang membacanya mulut dan hatinya seperti karakter sihir (jahat), ya, si ayat pembakar lewat saja.
4. Sihir tidak bekerja pada laga duel, laga pertempuran konvensional yang banyak melibatkan gerak motorik, karena sihir bersifat tersembunyi, penuh konsentrasi, jampi-jampi panjang serta ritual yang bertele-tele.
5. Tatapan mata penyihir selalu menunduk penuh keraguan, karena dia tak bisa menutupi fitrahnya sendiri sebagai makhluk paling mulia.
Referensi:
PP. Alhasyim, Irab Al-Qur'an
Corpus Qur'an, Quranic Grammar
Al Islam.org, An Account of Harut and Marut
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H