Kemudian pada lafaz "bidhoorrina bihi " (mudhorot padanya), di mana susunan harfun jar zaidiyah pada lafadz "bi" serta tambahan dhorof (keterangan) yang diwakili oleh lafaz "dhoorrina bihi" (mudhorot kepadanya).
 Hal ini bisa membuka peluang bahwa sihir (al- sihr) yang diajarkan juga mempunyai sisi "manfaat". Hingga terjadilah perlawanan antara para pendukung agama samawi (adyan samawiyyah) dengan oposan yang juga menggunakan sihir.
Gramatikal
" Dan mereka itu tidak memberi mudarat dengan sihirnya kepada seorangpun kecuali dengan izin Allah "
1. Wa maa hum (Dam mereka tidak memberi), merupakan gabungan antara:
-- harfun wawu haliyah pada lafadz "wa".
-- bentuk hujaaziyah pada lafadz "maa".
-- kata ganti kepemilikan pada lafadz "hum".
2. Bidhoorriina bihi (Mudarat padanya), merupakan gabungan antara :
-- harfun jar zaidahpada lafadz "bi"
-- bentuk majrur pada lafadz "dhoorrina"
-- merupakan susuna jar wa majrur pada lafadz "bihi" yang muta'alaq (terkait) dengan lafadz "dhoorrina".
3. Min ahadin (kepada seorangpun), merupakan gabungan antara :
-- harfun jar zaidah pada lafadz "min".
-- bentuk majrur pada lafadz "ahadin".
4. Illa bi idznillaah (kecuali dengan izin Allah), merupakan gabungan antara :
-- adat syarat pada lafadz "illa".
-- susuna jar wa majrur pada lafadz "bi idzbnillaah"
Tafsir
1. Sihir itu lemah, jika kita lebih lemah lagi ya manjurlah sihirnya.
2. Sihir bekerja pada sunatullah.
3. Tersedia ayat-ayat pembakar sihir. Namun, jika yang membacanya mulut dan hatinya seperti karakter sihir (jahat), ya, si ayat pembakar lewat saja.
4. Sihir tidak bekerja pada laga duel, laga pertempuran konvensional yang banyak melibatkan gerak motorik, karena sihir bersifat tersembunyi, penuh konsentrasi, jampi-jampi panjang serta ritual yang bertele-tele.
5. Tatapan mata penyihir selalu menunduk penuh keraguan, karena dia tak bisa menutupi fitrahnya sendiri sebagai makhluk paling mulia.
Referensi: