Mohon tunggu...
Yudho Sasongko
Yudho Sasongko Mohon Tunggu... Freelancer - UN volunteers, Writer, Runner, Mountaineer

narahubung: https://linkfly.to/yudhosasongko

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Tradisi Ini Rindunya Sungguh Menyiksa

5 Mei 2020   03:44 Diperbarui: 5 Mei 2020   03:39 286
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
 Gunung Arjuno, Ramadan 2017 (Dok. Pribadi)

Rindunya berbuka di alam terbuka, gelora dan semangat mempersiapkan ifthor jama’i dengan menu-menu minimalis khas kami.  Kebahagiaan tersendiri ini tidak bisa tergantikan oleh apapun.

Rindu rasa syukur atas kudapan sederhana yang kami lahap dengan nikmat di atas ketinggian. Seakan mengingatkan lintasan perjuangan para pembawa risalah yang menggunakan media gunung dan ketinggian sebagai penguat dakwah. Ingat tentang  Jabal Tsur, Jabal Rahma, Jabal Qubais, Jabal Nur, dan Jabal Sinai.

Gunung bagi kami adalah istimewa. Di dalam al Quran disebut berkali-kali kata jibaalu, syadda dan  rawasiya yang berarti gunung-gunung. Kata-kata tersebut sudah mengendap dalam-dalam di jiwa kami. Oleh karena itu, kami sangat merinduinya di setiap saat. Terutama momen pendakian Ramadan. 

Begitu banyak keistimewaan gunung di dalam al Quran dan al Hadis. Tentang gunung-gunung sebagai pasak penguat bumi. Tentang gunung sebagai tempat tinggal hewan dan manusia. Hingga tentang gunung yang aktif bergerak dan berzikir. Bagaimana kami tidak merinduinya setengah mati?

Apalagi tradisi mendaki gunung di Bulan Ramadan kami sengaja pilih gunung-gunung pilihan dengan tingkat kesulitan dan bahaya yang tinggi. Sebut saja Gunung Argopuro. Gunung yang ketinggian 3.088 meter ini  adalah pemegang rekor trek pendakian gunung terpanjang di Pulau Jawa. Dengan jarak tempuh kurang lebih 63 kilometer. 

Sedang rata-rata waktu pendakian di hari biasa adalah selama 5-6 hari. Gunung Argopuro ini terbentang hingga lima kabupaten yaitu Probolinggo, Lumajang, Jember, Bondowoso, dan Situbondo. Alhamdulillah, dalam pendakian Ramadan 2016 malah bisa kita pangkas menjadi dua setengah hari perjalanan saja.

Gunung Argopuro, Ramadan 1998 (Dok. Pribadi)
Gunung Argopuro, Ramadan 1998 (Dok. Pribadi)

Rindu yang menyiksa makin terasa, di saat terngiang bagaimana kami melakukan al-mujahadatu ‘alal khauf atau menaklukkan rasa takut. 

Merindui bagaimana melatih al-inshafu min ad dzati (bersikap objektif pada diri sendiri). Rindu tentang pelajaran al milku an nafsi ‘inda  al ghadhabi (menguasai diri di saat marah). Kami benar-benar diuji di sana. 

Tentang kerinduan berjalan melahap trek pendakian gelap gulita dengan tetap mempunyai hamasah (semangat) untuk terus menjaga kecintaan kami kepada Ramadan. Ya, itulah kami sebut sebagi hubbur Ramadan, cinta Bulan Ramadan. 

Kerinduan bagaimana menggalang hikmah tadabur alam ataupun  fikih al bi’ah (kelestarian lingkungan). Kerinduan  tentang ayat-ayat  quwwatul ihtimal (daya tahan) dan ayat-ayat Asy Syaja’ah (keberanian). 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun