Ayat-ayat pilihan Ramadan bagian-1
At-Tin Ayat 4
لَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنْسَانَ فِي أَحْسَنِ تَقْوِيمٍ
Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya (At-Tin Ayat 4)
Neoplasma cinta
Al Isyq adalah neoplasma cinta yang ganas (maligna). Tak seperti pada umumnya, tergambar sebagai virus (cinta). Tentunya akan datang dan pergi serta berkonotasi negatif. Yaitu ada serumnya (penyembuhnya).
Setelah itu pergi dari inangnya, pudar. Namun, beda dengan Al Isyq (kerinduan mendalam/kasmaran/cinta gila) yang mirip karakternya dengan neoplasma (jaringan baru) dalam tubuh dan bersifat ganas.
Ia membangun, membesar, tak peduli, abnormal, ganas, menetap, gerogoti tubuh kasar yang bertendensi hingga tinggal ruh yang utuh.
Karena terlalu istimewa, maka sulit deskripsi kebahasaannya. Al Isyq sering dihunjamkan pada kisah romantis bombas seperti kisah Qeis Layla. Pecah, tak masuk akal, namun kekal.
Menangisi pusara hingga kurus kering. Membaui semua citra Layla. Hingga menyayangi apapun dari kampungnya, yang belum tentu punya si Layla.Cinta tingkat al isyq adalah konsep dasar cinta dalam ta’dzim (salutasi) yang universal. Jauh lebih tinggi dari mahabbah.
Al Isyq yang asyik
Cinta Allah (mahabatulloh), cinta nabi (mahabatunnabi), cinta insan (mahabbatusholihin) sebenarnya harus cepat-cepat menyambar konsep cinta al Isyq dan tinggalkan level mahabbah.
Tentang Ahad, Ahad, yang tersuara dari tindihan panas batu itu hingga tiada rasa. Yang pernah tertusuk dari dubur hingga qubul, pecah paru-paru hingga pipi sobek. Ini gila, berebut air ceceran wudu nabi. Ini edan, peras keringat nabi, dibuat ini dan itu.
Abnormal, sampai ada yang berskenario hanya karena ingin bersentuhan dengan kulit al Mustofa. Ya, begitu seharusnya. Al Isyq benar-benar dahsyat. Itu semua menuju zona aman ? Oh, tidak. Habis ragamu. Terimalah al Isyq, pengajaran cinta tulus ikhlas.
Dan ternyata al Isyq milik Layla unggul satu langka dari Qeis. Cinta Layla senyap, tak perlu koordinasi citra. Di sinilah sebenarnya sisi dari kesempurnaan makhluk hominid yang bernama manusia. Tak peduli koordinasi kesempurnaan simetris organ, indah fisiologis, anatominya, itu bonus. Al Isyq-lah kesempurnaan itu.
Gramatikal
1. Laqod (benar-benar, sesungguhnya)|
Merupakan “Lam Jawab” pada lafadz “La” yaitu lam yang merupakan jawaban dari sumpah (Qossam) Allah swt pada ayat sebelumnya. Lafaz Qod setelah Lam jawab merupakan bentuk tahqiq (untuk menyatakan kesungguhan atau kebenaran dari apa-apa yang telah dikerjakan) sebelum kata kerja lampau (fi’il madhi) pada lafadz “kholaqna”.
2. Kholaqna (telah kami ciptakan)
Merupakan fi’il madhi (kata kerja bentuk lampau) aktif dengan subjek pelaku “kami” pada lafadz “na”. Sesuai pada kaidah Ulumul Quran, ketika Tuhan (Allah) pada redaksi ayat dalam Alquran, mengidentifikasi suatu perbuatan yang merujuk pada “Nya” yang diwakili dengan kata ganti ‘Kami’ (Nahnu, Inna, dan sejenisnya).
3. Al Insana (manusia itu)
Di sini ada kata sandang (definite article), al ma’rifah (al) yang memiliki fungsi sebagai al lijinsi (menyeluruhkan, generalisasi). Jadi “al insana” artinya: seluruh/semua manusia.
4. Fii (pada)
Harfun jar (kata depan)
5. Ahsani (sebaik)
Isim (kata benda) gender perempuan (muannatz) dengan tanda jarnya yang dimasuki kata sandang “Al”, maka menjadi kasrah. Jar dengan kasroh oleh sebab mudhaf pada lafazh selanjutnya yaitu “taqwim”.
6. Taqwim (bentuk ciptaan)
Isim (Kata benda) gender laki (mudzakar) .
Tafsir
1. Keutamaan manusia bisa mengembangkan cinta ganas (al Isyq).
2. Tiap anatomi makhluk ciptaan-Nya mempunyai kesempurnaan pada sisi fisiologisnya masing-masing. Jika kesempurnaan anatomi manusia dijadikan dasar, maka tentunya akan merendahkan sisi anatomi makhluk lainnya yang jelas berbeda kesempurnaan di mata manusia.
3. Maka akhsani takwim (sebaik ciptaan) adalah kemampuan mengembangkan al Isyq sebagai modal tak terbantahkan menuju kepada-Nya.
4. Carilah keragaman al Isyq sampai engkau taklukkan mahabbah. Jika engkau tidak dapatkan al isyq, maka mahabbah akan taklukkan engkau.
5. Jalan awal al Isyq adalah paham khusnul khotimah. Bukan dengan pengertian khusnul khotimah tingkat komat-kamit doa yang sering diobral. Namun, dalam artian paham dan mengetahui ilmu tentang kematian atau ilmu sakratul maut.
Referensi
- Science Direct, Malignant Neoplasm
- Al Hassanain, Cinta dan Isyq dalam Tasawuf
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H