Al Isyq yang asyik
Cinta Allah (mahabatulloh), cinta nabi (mahabatunnabi), cinta insan (mahabbatusholihin) sebenarnya harus cepat-cepat menyambar konsep cinta al Isyq dan tinggalkan level mahabbah.
Tentang Ahad, Ahad, yang tersuara dari tindihan panas batu itu hingga tiada rasa. Yang pernah tertusuk dari dubur hingga qubul, pecah paru-paru hingga pipi sobek. Ini gila, berebut air ceceran wudu nabi. Ini edan, peras keringat nabi, dibuat ini dan itu.
Abnormal, sampai ada yang berskenario hanya karena ingin bersentuhan dengan kulit al Mustofa. Ya, begitu seharusnya. Al Isyq benar-benar dahsyat. Itu semua menuju zona aman ? Oh, tidak. Habis ragamu. Terimalah al Isyq, pengajaran cinta tulus ikhlas.
Dan ternyata al Isyq milik Layla unggul satu langka dari Qeis. Cinta Layla senyap, tak perlu koordinasi citra. Di sinilah sebenarnya sisi dari kesempurnaan makhluk hominid yang bernama manusia. Tak peduli koordinasi kesempurnaan simetris organ, indah fisiologis, anatominya, itu bonus. Al Isyq-lah kesempurnaan itu.
Gramatikal
1. Laqod (benar-benar, sesungguhnya)|
Merupakan “Lam Jawab” pada lafadz “La” yaitu lam yang merupakan jawaban dari sumpah (Qossam) Allah swt pada ayat sebelumnya. Lafaz Qod setelah Lam jawab merupakan bentuk tahqiq (untuk menyatakan kesungguhan atau kebenaran dari apa-apa yang telah dikerjakan) sebelum kata kerja lampau (fi’il madhi) pada lafadz “kholaqna”.
2. Kholaqna (telah kami ciptakan)
Merupakan fi’il madhi (kata kerja bentuk lampau) aktif dengan subjek pelaku “kami” pada lafadz “na”. Sesuai pada kaidah Ulumul Quran, ketika Tuhan (Allah) pada redaksi ayat dalam Alquran, mengidentifikasi suatu perbuatan yang merujuk pada “Nya” yang diwakili dengan kata ganti ‘Kami’ (Nahnu, Inna, dan sejenisnya).
3. Al Insana (manusia itu)
Di sini ada kata sandang (definite article), al ma’rifah (al) yang memiliki fungsi sebagai al lijinsi (menyeluruhkan, generalisasi). Jadi “al insana” artinya: seluruh/semua manusia.
4. Fii (pada)
Harfun jar (kata depan)
5. Ahsani (sebaik)
Isim (kata benda) gender perempuan (muannatz) dengan tanda jarnya yang dimasuki kata sandang “Al”, maka menjadi kasrah. Jar dengan kasroh oleh sebab mudhaf pada lafazh selanjutnya yaitu “taqwim”.