Sebagi penyuka petualangan luar ruangan (adventures), khususnya hiking (pendakian) dan mountaineering (hal gunung), saya sudah terbiasa dengan sikap berhermat logistik.
Sikap ini sangat penting dalam sebuah perjalanan menyulitkan pada misi-misi pendakian. Ketepatan manajemen logistik dipadu dengan manajemen perjalanan akan menghasilkan sebuah sikap tidak berlebihan di semua hal.
Berlebihan bagi pendaki gunung dalam urusan logistik dan apapu bukan saja memperlambat pergerakan, namun juga tidak baik bagi ketahanan dan kebugaran fisik dan mental.Â
Kami juga diajarai cara bertahan hidup (jungle survival). Kedua konsep tersebut, baik berhemat dan survival adalah falsafah yang sangat tepat digunakan dan diaplikasikan sebagai mitigasi siklikal untuk mendukung kebijakan makroprudensial.Â
Dari sini pula  aksi cerdas berprilaku dapat mendukung kebijakan makroprudensial yang bisa saja berupa pro-siklikal ataupun  kontra-siklikal. Falsafah hemat dan survival  dapat diambil manfaatnya dalam keadaan yang kurang menguntungkan akibat pandemi Covid-19.Â
Tidak berlebihan dalam bersikap atau tidak agresif untuk urusan ini biasa disebut dengan kontra-siklikal (countercyclical). Perilaku ini merupakan antonim atau lawan dari pro-siklikal (cyclical).
Begitu sebaliknya, pro-siklikal merupakan perilaku yang cenderung mengikuti sebuah siklus. Pro-siklikal menimbulkan kecenderungan perbuatan yang berlebihan dan berpotensi menimbulkan hal yang buruk.Â
Bukankah perbuatan yang berlebihan itu tidak baik? Lalu bagaimana sikap ini dapat mendukung kebijakan makroprudensial saat keadaan yang tak menentu ini?
Dalam moneter, baik ditingkat tinggi hingga rumah tangga pasti berurusan dengan perputaran atau siklus. Perputaran yang dimaksud adalah siklus ekonomi atau siklus bisnis yang biasanya melambangkan fase pertumbuhan ekonomi pada situasi dan habitat tertentu.
Perputaran (siklikal) mengikuti keumuman semisal apabila ekonomi meningkat biasanya diiringi perilaku para pelaku untuk melakukan sikap pro-siklikal dengan mengucurkan sederas mungkin  atau menyalurkan kredit secara besar-besaran. Yang jadi taruhannya adalah tingkat probabilitas yang rawan meleset dan cenderung mengabaikan prinsip kehati-hatian.Â
Biasanya ekses yang dikhawatirkan dari perbuatan tersebut adalah meledaknya kredit macet ketika kondisi ekonomi sedang dalam fase menurun seperti saat ini, yaitu pandemi Covid-19.
Bagaimana pelaku ekonomi dan warga sikapi hal ini?
Bank Indonesia (BI) beserta komponennya dan Rakyat Indonesia adalah keluarga besar yang menjaga kestabilan dan kekuatan ekonomi bangsa. Ketika Bank Indonesia meluncurkan kebijakan-kebijakan makroprudensial, maka segenap rakyat Indonesia siap mendukung.
Ketika Bank Indonesia berjibaku dengan kebijakan makroprudensial untuk cegah instabilitas keuangan akibat pandemi ini, maka begitu pula segenap bangsa ini ikut melakukan cara-cara yang mereka sanggupi dari yang paling sederhana hingga kompleks.
Ketika Bank Indonesia berjibaku dengan kebijakan makroprudensial yang lebih fokus pada interaksi antar lembaga keuangan, pasar, infrastruktur, dan ekonomi yang lebih luas, termasuk pengukuran potensi risiko ke depan, maka segenap bangsa ini juga ikut mendukung dengan memulai dari sikap-sikap berprilaku cerdas sebagai bentuk mitigasi siklikal versi mereka sendiri.
Oleh karena itu semua sikap dan berprilaku cerdas masyarakat merupakan persembahan bentuk mitigasi untuk mencegah risiko sistemik yang disebabkan oleh kondisi makroekonomi. Keduanya tidak adapat dipisahkan.
Mitigasi siklikal sederhana yang bisa dilakukan masyrakat banyak sekali. Semisal tidak melakukan bankrush, transaksi-transaksi agresif yang tak perlu serta agar terus berpikir jernih dan waras dalam survival pandemi Covid-19 ini.Â
Mitigasi siklikal Bank Indonesia bisa berupa apa saja. Pernah dilakukan dalam bentuk Countercyclical Buffer (CCB) yang  bertujuan untuk meredam perilaku agresif perbankan dalam menyalurkan kredit. Ketika kondisi siklus ekonomi sedang naik, bank menyiapkan tambahan modal yang akan digunakan ketika siklus ekonomi menurun. Â
Hal ini membuat bank dapat meminimalisasi kerugian apabila kredit macetnya meningkat saat ekonomi memburuk, yang kemudian diikuti dengan pembayaran kredit kepada bank tersendat.Â
Selain itu, bank dapat memakai cadangan modal tersebut untuk tetap menyalurkan kredit kepada masyarakat sehingga fungsi intermediasi bank tetap stabil. Â Itulah salah satu bentuk mitigasi siklikal yang pernah diambil.
kemudian mitigasi siklikal apa lagi yang bisa dilakukan oleh masyarakat?
Banyak yang bisa dilakukan masyarakat seperti berusaha bertransaksi dengan rupiah agar nilainya tetap tegar, melakukan transaksi online sebagai wujud physical distance dan sosial distance. Tentunya juga untuk selalu bersikap hemat sebagai ejahwantah terbesar dari spirit mitigasi siklikal. Dengan berhemat, kita bisa berbagi kepada yang lebih membutuhkan.Â
Pengalaman adalah guru terbaik dalam kehidupan. Krisis ekonomi pada 1997/1998 dan 2008 boleh jadi merupakan pengalaman pahit yang pernah dialami Indonesia. Sama halnya  dengan pandemi Covid-19 yang datang tiba-tiba. Dari sini kita belajar akan pentingnya Stabilitas Sistem Keuangan.Â
Dalam sistem keuangan terdapat berbagai pelaku baik dari institusi keuangan yaitu perbankan dan Institusi Keuangan Non Bank (IKNB) serta pelaku dari pasar keuangan.Â
Ada pula korporasi dan rumah tangga. Para pelaku dalam sistem keuangan tersebut masing-masing memiliki tujuan dan cara yang berbeda-beda dalam mencapai tujuannya. Pengaruh perilaku risiko pada dinamika sektor keuangan merupakan isu penelitian yang cukup mengemuka dewasa ini. Khususnya dikaitkan dengan efektivitas respon kebijakan yang diambil terhadap krisis.
Perlu disadari bahwa terjaganya Stabilitas Sistem Keuangan di Indonesia bukanlah hal yang dapat dicapai tanpa usaha. Bank Indonesia bersama dKementerian Keuangan, Otoritas Jasa Keuangan (OJK), dan Lembaga Penjamin Simpanan bergabung untuk selalu melakukan upaya terbaiknya. Termasuk dalam masa-masa seperti ini.
Sebagai otoritas pemegang mandat makroprudensial, Bank Indonesia bersama komponennya diharapkan terus selalu ada dalam setiap upaya pencegahan krisis melalui penerapan kebijakan makroprudensialnya.
Kebijakan makroprudensial tentunya menjadi ujung tombak menghadapi situasi saat ini. Kami, masyarakat Indonesia siap mendukung kebijakan yang bisa mendorong Stabilitas Sistem Keuangan tersebut dengan cara yang kami sanggupi.Â
Selamat berjuang!Â
Referensi:
Bank Indonesia, Memahami Kebijakan Makroprudensial
Bmeb-bi.org,  Perilaku Resiko
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H