Terrmasuk pla dalam perang asimetris yang salah satunya dilancarkan oleh oleh kelompok non-state actors yang bisa berupa terorisme atau bentuk lainnya.
Kontra-terorisme sudah masuk kategori operasi militer non-perang. Dewan Riset Nasional (DRN) Komisi Teknis Pertahanan dan Keamanan pernah mengadakan loka karya berjudul, Suatu Pemikiran tentang Perang Asimetris (asymmetric Warfare), di Jakarta pada 2008 lalu.
Menurut Dewan riset nasional (DRN), perang asimetris adalah suatu model peperangan yang dikembangkan dari cara berpikir yang tidak lazim, dan di luar aturan peperangan yang berlaku, dengan spektrum perang yang sangat luas dan mencakup aspek-aspek astagatra (perpaduan antara trigatra: geografi, demografi, dan sumber daya alam/SDA; dan pancagatra: ideologi, politik, ekonomi, sosial, dan budaya).
Dinamika ancaman asimetris yang terus berkembang, khususnya terorisme global, menuntut kesiapan TNI untuk dapat mengatasinya dengan presisi yang tinggi.
Ancaman non-state actors saat ini tampil dalam berbagai bentuk, seperti terorisme, gerakan separatis bersenjata (insurgency), dan ancaman melalui dunia maya (cyber-crime). Bentuk-bentuk ancaman non-konvensional inilah yang disebut dengan asymmetric warfare atau perang asimetris.
Aktivitas non-state actors selain terorisme dan perang melalui dunia maya, juga termasuk dalam ancaman jenis ini adalah perusakan lingkungan, pelanggaran hak asasi manusia (HAM), penyelundupan, pencurian kekayaan laut, imigran gelap. Jenis ancaman seperti ini juga dapat mengganggu kestabilan keamanan dan kedaulatan nasional.
Perang informasi juga telah dirancang sedemikian rupa untuk memengaruhi dan mendapatkan keunggulan melalui penguasaan propaganda, penguasaan terhadap konten berbasis digital, bahkan sampai menguasai sistem siber atau yang kita kenal dengan istilah cyberwar.
Khusunya yang berhubungan dengan dunia siber, langkah yang paling ideal dan awal adalah dengan menerapkan electronics defense system atau e-defense berbasis Geographical Information System (GIS) pada postur pertahanan TNI.
Aplikasi pada GIS sangat membantu untuk melakukan analisis dalam operasional, perawatan, dan pengadaan alat utama sistem persenjataan (alutsista).
Saat ini, aplikasi GIS khusus untuk pertahanan sudah tersedia dan mudah didapatkan.
ESRI (Environmental System Research Institute) sudah mengeluarkan salah satu solusi informasi spasial dalam bidang pertahanan yaitu arc-GIS military tool. Aplikasi tersebut merupakan ekstensi dari ArcGIS yang berguna untuk melakukan pengamatan dan analisis data militer.