Mohon tunggu...
Kontan Tarigan
Kontan Tarigan Mohon Tunggu... -

Kontan Tarigan E-mail: kontan_tarigan@yahoo.com PERSONAL DATA: Born November 10, 1962 in Langkat, North Sumatera, married, two sons. EDUCATION: Bachelor of Science degree in Physics from University of North Sumatera (USU); Master of Science degree in Materials Science from University of Indonesia (UI); Doctor degree candidate in Physics in Magnetic Nano-materials from Chungbuk National University (CBNU). EXPERIENCE: From 1985 to 1993, He served as a teacher in Physics and Mathematics at high schools (SMA Nasional Khalsa Medan, SMA Nasional Ahmad Yani Binjai, and SMA Khatolik Paskalis Jakarta); From 1993-2007, He served as a lecturer in Physics at 4 famous universities in Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Semua Lapisan Masyarakat Bicara Hukum

25 Februari 2015   07:10 Diperbarui: 17 Juni 2015   10:33 48
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Gonjang-gonjing masalah hukum di Indonesia, terutama KPK vs Polri menjadi perhatian masyarakat, masyarakat berbagai keahlian. Seolah-olah perkara hukum itu perkara mudah dicerna sehingga semua golongan masyarakat, seperti scientist, engineers, lawyer, economist, artist, dll tak henti-hentinya mengkritisi terutama masalah hukumannya. Masyarakat membicarakannya di kantin, kedai kopi, parkiran, di mana saja. Seolah-olah pejabat berwenang tidak becus melaksanakan tugasnya. Pertanyaannya, apa betul penegak hukum itu kurang berkualitas? Untuk menjawab pertanyaan ini tentu membutuhkan penelitian lebih lanjut.

Selaku orang yang pernah tinggal di negeri Ginseng, di mana penegakan hukum yang lebih baik, artinya masyarakatnya tidak terlampau peduli terhadap penegakan hukumnya, boleh dikata masyarakat sangat percaya dengan petugas-petugas mereka. Oleh karena itu sangat perlu melihat bagaimana mereka mempersiapkan petugas-petugas hukum mereka?

Kebetulan seorang teman merupakan seorang jaksa di Korea.  Saya memperhatikan bagaimana dia mempersiapkan diri menjadi seorang jaksa. Beliau itu seorang alumni kedokteran hewan (S1), katanya, untuk menjadi seorang Jaksa atau Hakim boleh berlatar belakang berbagai displin ilmu, bukan harus sarjana hukum. Sebelum menjadi mahasiswa, seorang calon jaksa atau hakim mesti lulus tes matrikulasi, tak jadi soal berkali-kali ikut tes. Untuk lulus mesti memenuhi standar nilai yang ditentukan. Teman ini sendiri lulus setelah tiga kali ikut tes.

Sekolah calon jaksa atau calon hakim paling tidak selama tiga tahun, namun pada umumnya selama empat tahun. Setelah lulus masih menjadi panitera selama setahun sebelum beracara. Untuk bisa mulai beracara di pengadilan, ilmunya sudah setara dengan pendidikan dokor (S3). Kasus yang ditangani pun pada umumnya sesuai dengan pendidikan S1-nya.  Lima tahun saya di sana, tidak pernah saya mendengar kegaduhan hukum seperti yang kita alami di Indonesia. Mungkin perlu ditiru tata cara perekrutan Jaksa dan Hakim seperti yang dilakukan oleh Korea itu.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun