Sambil menunggu tanggapan atas surat saya kepada ahok yang dapat dibaca disini: http://www.kompasiana.com/konsultanpolitik/mari-jujur-pak-ahok-siapa-sebenarnya-teman-ahok-surat-terbuka-untuk-pak-ahok_56e64875fd22bd2e0a7b383c
Saya ingin bercerita bagaimana lucunya media2 sampah melakukan pemberitaan tentang Ahok dan Teman Ahok. Beberapa hari yang lalu Tempo sebuah media yang terkenal dengan berita2 investigatifnya memberitakan berita tentang pendanaan Teman Ahok
Dari berita tersebut Singgih salah satu pendiri dan jubir Teman Ahok menyatakan saya kutip:
Singgih mengatakan, dana operasional kegiatan mereka hanya berasal dari penjualan merchandise, seperti kaos dan gelang. "Penjualan kita tinggi loh, sampai Rp 2 miliar," katanya.
Pada bagian lain singgih juga memberikan keterangan saya kutip sbb:
Selain itu, ia juga menyebut bahwa dana awal kegiatan mereka yang didanai oleh relawan senior Jakarta Baru sudah dikembalikan.
"Setup awal Rp 500 juta untuk merchandise, formulir, rapihin sekretariat. Sekarang uangnya sudah dikembalikan," tuturnya. "Sekarang kami serba kecukupan, toh kami juga tidak pernah mencari untung."
Keterangan mengenai pendanaan Teman Ahok hanya dari penjualan merchandise sebelumnya juga sudah di beritakan Ahok dan Jubir Teman Ahok lainnya Amalia Ayuningtyas, bahkan Ahok juga pernah memberikan keterangan yang sama bahwa Teman Ahok dapat 2 M dari penjualan kaos berikut linknya
Sebagai media yang terkenal dengan kemampuan investigasinya saya membayangkan tentunya Tempo akan melakukan penelusuran atas keterangan Singgih, Ahok, dan Amalia diatas, dan hal pertama yang akan dilakukan tentunya adalah melihat laporan keuangan yang ada di web Teman Ahok. Dan saya membayangkan mereka tentunya akan melakukan perhitungan seperti yang akan saya jelaskan dibawah ini.
Dari laporan keuangan yang tersedia di Teman Ahok bulan Juni, Juli, Agustus 2015 (memang baru sampai ini lapkeunya belum diupdate lagi) dapat terlihat bahwa HPP rata2 untuk merchandise kurang lebih adalah 50% dari penjualan, Adapun pengeluaran bulanan tidak kurang dari 220 jt/bulan jadi kalau kita ingin mengecek keterangan singgih tersebut kita akan melakukan perhitungan SBB:
Penjualan 9 bulan ditambah pinjaman dr senior: 2M + 500jt = 2,5M
Penerimaan setelah dikurang biaya produksi: (2M X 50%)+500jt = 1,5M.
Penerimaan dikurang pengembalian hutang 500jt: 1,5M – 500 Jt = 1 M
Penerimaan dikurangi rata2 pengeluaran selama 9 bulan dg asumsi 220 jt/bulan:
1M – (220jt x 9) = -980jt
Loh kok minus hasilnya?, kata singgih mereka berlebih sekarang, jangan2 Teman Ahok dan Ahok berbohong atas keterangannya bahwa Teman Ahok semata2 dibiayai dari penjualan merchandise, mengapa mesti berbohong?, apa yang ingin ditutupi?. Akan tetapi kenyataanya Tempo tidak merasa ada yang aneh dengan cerita dongeng dari Teman Ahok dan Ahok diatas, mungkin kalkulator wartawan dan editor media Tempo sedang rusak, sehingga perhitungan: 1M – (220jtx9) = 980 juta , minusnya hilang tidak terbaca J, sehingga menganggap cerita dongeng dari Teman Ahok tidak ada yang aneh.
Sementara itu di media lain ada yang lebih aneh berikut berita kompas beberapa hari lalu
Saya kutip kata2 ahok di berita tersebut: "Kalau dua partai dukung kamu, semua minta digerakkan mesin partainya, bisa-bisa Rp 100 miliar enggak cukup lho nyalongubernur DKI," kata pria asal Belitung ini.
"Harta saya dikumpulin semua ya kayaknya pas-pasan kalau segitu. Jadi, enggak deh (lewat parpol)," kata dia lagi.
Jadi di berita tersebut Ahok secara terbuka menyatakan bahwa hartanya 100 M pas2an kalau nyagub lewat parpol.
Kemudian beberapa hari kemudian media yang sama bikin berita
Saya kutip sebagian isi berita tsb sbb: Berdasarkan data yang diakses dari situs acch.kpk.go.id, total harta kekayaan Basuki yang dilaporkan ke Komisi Pemberantasan Korupsi sebesar Rp 21.302.079.561 dan 3.749 dollar AS.
Akan tetapi Kompas tidak melihat ada hal yang aneh antara dua berita yang kontradiktif tersebut, tidak ingin mempertanyakan keterangan ahok yang bilang hartanya kalau dikumpulin semua dapatnya 100 M yang artinya Ahok memberikan laporan palsu ke KPK atas hartanya, ini semua terjadi mungkin karena Kalkulator wartawan dan editor Kompas juga sedang rusak, sama seperti Tempo sehingga: Rp 21.302.079.561 + 3.749 dollar AS = Rp. 100M
Dari pemberitaan2 diatas kita yang memperhatikan dengan cermat, tentunya akan tertawa geli melihat perilaku dua media besar tersebut, akan tetapi mungkin orang2 seperti saya yang kritis atas berita2 sampah tersebut sudah terlindas zaman, mengutip sebagian kata2 Hasan Nasbi CEO Cyrus Network (btw yg ingin tahu siapa itu hasan sila klik link ini
“Sekarang zamannya social engineer yang senang selfie sambil senyum manis”
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H