Mohon tunggu...
Irsyad Das
Irsyad Das Mohon Tunggu... Guru - Optimizer

Perubahan benar-benar bermakna jika dilakukan dari "dalam" ke "luar".

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Perspektif Konseling Peorangan di Sekolah

5 Januari 2015   05:17 Diperbarui: 17 Juni 2015   13:48 99
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Fungsi konseling di sekolah menunjuk pada manfaat dan kegunaan konseling terhadap perkembangan dan kehidupan peserta didik sebagai individu yang sedang menjalani proses pendidikan. Empat fungsi pokok penyelenggaraan konseling di sekolah adalah: (1) fungsi pemahaman, yaitu pemahaman terhadap diri, permasalahan dan lingkungan peserta didik oleh peserta didik itu sendiri, orang tuanya, konselor sekolah, serta pihak-pihak yang akan membantu peserta didik, (2) fungsi pencegahan, berkenaan dengan tercegahnya peserta didik dari berbagai permasalahan yang mungkin timbul, (3) fungsi pengentasan, yakni terentaskan dan terbebaskannya peserta didik dari masalah yang dialaminya, (4) fungsi pemeliharaan dan pengembangan, berarti terpelihara dan terkembangkannya kondisi-kondisi dan potensi positif pada diri peserta didik secara berkelanjutan.

Menilik kedalaman maupun keluasan fungsi-fungsi konseling itu, jelas bahwa keterselenggaraanya memerlukan berbagai layanan dan kegiatan. Keseluruhan konsepsi dan penyelenggaraan konseling di sekolah dapat dipandang sebagai sebuah pola yang dinamis. Pengembangan konsep dan pelaksanaan konseling dituangkan ke dalam suatu pola yang meliputi bidang pengembangan pribadi, sosial, belajar, dan karir. Bidang-bidang pengembangan tersebut digarap dengan layanan orientasi, informasi, penempatan dan penyaluran, penguasaan konten, konseling perorangan, bimbingan kelompok, konseling kelompok, konsultasi, dan mediasi. Pelaksanaan layanan konseling diperkuat dengan kegiatan pendukung aplikasi instrumentasi, himpunan data, konferensi kasus, tampilan kepustakaan, advokasi, kunjungan rumah, dan alihtangan kasus.

Pelaksanaan pola yang meliputi bidang, jenis layanan, dan kegiatan pendukung konseling itu dilakukan dalam lingkungan sekolah sebagai setting dalam format lapangan, klasikal, kelompok, individual, “politik”, dan komunikasi jarak jauh. Sebelum melaksanakan fungsi-fungsi tertentu terhadap peserta didik melalui pola konseling tersebut sehubungan dengan perkembangan dan permasalahan mereka, konselor sekolah perlu memahami sekolah sebagai sebuah lingkungan pendidikan formal; filosofi, prosedur administratif dan manajerialnya, struktur, kultur, interaksi orang-orangnya, dan kemudian menempatkan program-program konseling secara tepat dan berdaya guna di dalamnya.

Untuk mengoperasikan fungsi-fungsi konseling itu konselor sekolah perlu menampilkan layanan dan kegiatan pendukung dalam berbagai formatnya. Suatu jenis layanan dan kegiatan pendukung dapat ditujukan untuk merealisasikan  satu atau lebih fungsi tertentu.  Pelaksanaan fungsi-fungsi tertentu bisa memerlukan lebih banyak jenis layanan dan kegiatan pendukung serta keterlibatan pihak-pihak lainnya, seperti orang tua,  guru mata pelajaran, tenaga ahli dan narasumber yang dapat membantu peserta didik.

Pelaksanaan empat fungsi pokok konseling itu tidaklah terpisah secara tajam, melainkan simultan, bersangkut-paut, dan saling melengkapi. Meski begitu, pelaksanaan fungsi tertentu bisa lebih  menonjol dan memerlukan kerja lebih keras dalam berbagai layanan dan kegiatan pendukung konseling. Pelaksanaan fungsi pengentasan adalah yang paling menantang karena berurusan dengan penanganan masalah-masalah peserta didik.

Sejumlah layanan dan kegiatan pendukung konseling dapat diterapkan untuk melaksanakan fungsi pengentasan masalah peserta didik. Untuk peserta didik yang memiliki masalah yang memerlukan bantuan segera dapat digunakan layanan konseling perorangan, konseling kelompok, dan konsultasi. Fungsi pengentasan masalah peserta didik juga dapat diselenggarakan dengan beberapa layanan dan kegiatan pendukung. Meskipun begitu, layanan konseling perorangan merupakan upaya layanan yang paling utama dalam pelaksanaan fungsi pengentasan, karena dengan layanan ini  masalah peserta didik akan teratasi secara efektif, yang dengan demikian, layanan-layanan lainnya dan kegiatan pendukung tinggal mengikuti dan mendampingi.

Dapat ditegaskan bahwa pelaksanaan pengentasan masalah peserta didik dilakukan dengan layanan konseling perorangan sebagai layanan utama, didampingi layanan lain yang bertujuan mengentaskan masalah peserta didik, seperti layanan konseling kelompok dan layanan konsultasi. Layanan-layanan tersebut menjadi lebih efektif dengan mendayagunakan kegiatan-kegiatan pendukung, karena pengentasan masalah peserta didik memerlukan informasi tentang latar  belakangnya. Slah satu pertimbangan awal untuk memulai hubungan konseling adalah ketersediaan informasi tentang peserta didik, seperti informasi tentang identitas peserta didik, sifat dan perkembangan masalah, keluarga, ciri kejiwaan, riwayat pendidikan, hasil belajar, perkembangan emosi dan sosial. Informasi tersebut dapat diperoleh melalui kegitan pendukung aplikasi instrumentasi, himpunan data, konferensi kasus, dan kunjungan rumah.

Fungsi pengentasan dalam konseling adalah ibarat membebaskan seseorang dari keadaan yang tidak disukainya. Fungsi pengentasan sejajar dengan fungsi penyembuhan pelayanan dokter, namun dengan membangkitkan, mengembangkan dan menggabungkan berbagai kekuatan yang pada dasarnya ada pada diri setiap orang untuk dipakai menanggulangi masalah yang dialaminya. Salah satu dasar etika konseling adalah “pengambilan keputusan oleh klien sendiri.” Dalam perkataan lain, keyakinan dan sikap bahwa tiap individu mampu berperan dan bertanggung jawab terhadap perkembangan diri dan potensinya menjadi fundasi dan mewarnai seluruh upaya pengentasan masalah peserta didik.

Pengentasan masalah peserta didik merupakan upaya yang cukup kompleks. Dengan menempatkan konseling perorangan sebagai “simpul penanganan,”  upaya tersebut  menjangkau layanan-layanan lainnya serta memerlukan kegiatan-kegiatan pendukung agar pengentasan yang diberikan benar-benar efektif dan mencapai sasarannya. Bersamaan dengan itu, keberhasilan pengentasan masalah peserta didik justeru terletak pada keteguhan keyakinan dan sikap konselor sekolah bahwa peserta didik mampu mengambil peran dan tanggung jawab penyelesaian masalahnya, dan dalam perspektif lebih luas, terhadap perkembangan kehidupan dan keberhasilannya dalam pendidikan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun