Mohon tunggu...
Elly Nagasaputra MK CHt
Elly Nagasaputra MK CHt Mohon Tunggu... Administrasi - Konselor Pernikahan dan Keluarga

Konselor Profesional yang menangani konseling diri, konseling pra-nikah, konseling pernikahan, konseling suami istri, konseling perselingkuhan, konseling keluarga. www.konselingkeluarga.com

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

With All My Heart

14 November 2019   07:02 Diperbarui: 14 November 2019   08:28 44
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Ada sebuah artikel yang menjelaskan bagaimana kita sebaiknya mencampurkan unsur emosi atau melibatkan emosi dalam apapun yang kita kerjakan. Atau dengan kata lain, sesuai dengan ungkapan yang mengatakan, melakukan segala sesuatunya dengan hati, sepenuh hati kita. Oke, setuju. Tapi sebenarnya, apa sih, artinya "melakukan segala sesuatu dengan sepenuh hati" itu?

Mitos Pria dan Wanita

Menurut mitos, pria dikatakan memiliki stereotype yang melakukan segala sesuatu berdasarkan logika. Sedangkan wanita, selalu dianggap melakukan segala sesuatu dengan perasaan.

Namun sebenarnya hal ini berbeda bagi setiap orang. Karena, ada saja pria yang cukup banyak memakai perasaan saat melakukan sesuatu. Tapi, ada juga yang hanya sedikit melibatkan perasaannya.  Begitu juga dengan wanita. Banyak, kok, wanita yang sangat kuat mengandalkan logika dan tidak terlalu mengikuti perasaan hatinya.

Selain itu, perbedaan ini juga berlaku untuk setiap profesi. Ada profesi tertentu yang harus menggunakan komponen perasaan yang lebih banyak seperti pemusik, pelukis, penulis cerita. Namun ada juga profesi yang harus menggunakan logika dan fakta dengan kuat, dokter bedah misalnya. Sehingga tentu saja, mitos pria hanya mengandalkan logika dan wanita hanya mengandalkan perasaan, tidak sepenuhnya benar, karena banyak sisi kompleks yang harus digali dan dianalisis.

Logika atau Perasaan? 

Pada intinya, dalam mengerjakan sesuatu, kita tentu ingin berhasil dengan baik, atau yang kita lakukan akan berguna bagi diri dan bagi sesama. Belum lagi bila diukur baik dan berhasilnya dari sisi pandang Pencipta kita.

Jika kita ingin berhasil mengerjakan sesuatu, apakah bisa hanya dibekali dengan logika? Atau justru hanya dengan hati? Bukankah akan lebih baik jika imbang antara keduanya?

Mengerjakan sesuatu dengan sepenuh hati pasti akan mendapatkan hasil yang optimal. Mengapa? Kita adalah manusia yang dibekali dengan perasaan, dan perasaan yang kita mliki ini yang menjadikan kita mahluk tertinggi ciptaan Tuhan. Dengan perasaan, kita memiliki kepekaan untuk dapat berempati, kepekaan untuk dapat melihat lebih dari sekadar pemaparan fakta dan logika.

Dengan begitu, tentu jelas jika kita melakukan semuanya dengan hati, maka kita akan lebih maju satu langkah. Karena kita melakukan sesuatu tidak hanya berdasarkan fakta dan logika, tapi masuk ke lapisan yang lebih dalam, yaitu melihat dengan kaca mata hati nurani kita.

Tapi memang, hal ini tidak mudah, dan tak semua orang terbiasa melakukannya. Akan banyak sekali faktor yang terlibat atau mempengaruhi. Dari tipe kepribadian yang berbeda, pengalaman hidup, situasi lingkungan yang bisa membuat tiap orang memberikan respons yang berbeda.  Ada yang memiliki kepekaan lebih tinggi, tapi ada juga yang sama sekali tidak peka, dan tidak dapat mencerna apa yang terjadi di sekililingnya.

Namun, saat menggunakan perasaan, kita juga harus berhati-hati agar tidak terjebak dalam permainan perasaan. Karena sebagai manusia biasa, hati nurani kita bisa saja salah.

Kita adalah manusia yang sudah jatuh dalam dosa, jadi bisa saja hati nurani kita akan menuntun pada sesuatu yang akhirnya ternyata salah. Memang tak mudah, bahkan rumit. Dibutuhkan perenungan dan penggalian yang lebih dalam untuk menilai dan menimbang segala sesuatu dari hati, perasaan, serta logika yang memadai.

Apapun Itu, Semangat!

Bagaimanapun kerjakanlah segala sesuatu dengan hati, penuh semangat. Dengan rasa cinta yang besar, murni, dan tulus. Jika perlu, libatkanlah emosi dalam apapun yang Anda kejakan. Dengan begitu Anda bisa mengasah kepekaan hati nurani Anda. Yang juga tak boleh dilupakan, berdoalah dalam mengerjakan  semua yang Anda kerjakan. Anda pasti akan menikmati hasil akhir yang berbeda.

Jika mengerjakan sesuatu dengan sungguh-sungguh, hal yang nampaknya rusak dan gagal, bisa berubah menjadi sesuatu yang baik dan berhasil. Namun sesuatu yang nampaknya berhasil, tapi Anda kerjakan tanpa hati, tanpa kesungguhan, dan passion yang mendalam maka hal itu hanya menjadi seonggok kesuksesan yang bisa puas Anda rasakan sementara saja. Rasa puas tersebut akan cepat menguap meninggalkan Anda yang terjebak dalam kehampaan hidup.

Kejarlah makna hidup yang lebih dalam dengan mengerjakan apapun, baik hal yang sederhana, ataupun hal besar dan penting dengan sepenuh hati. Dengan gairah yang mendalam, kepekaan yang tinggi diiringi dengan doa, ketulusan, dan ucapan syukur, maka rasa puas yang akan Anda dapatkan menjadi hakiki, terlepas apakah yang Anda kerjakan berhasil atau tidak dari ukuran manusia.

Selamat menikmati hari-hari dengan sepenuh hati.

Salam Sejahtera,

Elly Nagasaputra

Family & Life Counselor

www.konselingkeluarga.com

Jadikan Konseling sebagai Gaya Hidup Anda

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun