Mohon tunggu...
Elly Nagasaputra MK CHt
Elly Nagasaputra MK CHt Mohon Tunggu... Administrasi - Konselor Pernikahan dan Keluarga

Konselor Profesional yang menangani konseling diri, konseling pra-nikah, konseling pernikahan, konseling suami istri, konseling perselingkuhan, konseling keluarga. www.konselingkeluarga.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Terjebak dalam Rumah Tangga Penuh KDRT

13 Mei 2018   12:59 Diperbarui: 13 Mei 2018   13:08 732
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Seringnya tubuh Vina (29) terlihat lebam-lebam, membuat keluarga besarnya curiga. Namun ketika ditanya, Vina selalu berkata kalau ia sering terburu-buru mengerjakan sesuatu, membuatnya jadi ceroboh, lalu jatuh atau tersenggol sesuatu. Tapi keluarganya tahu kalau Vina menyembunyikan sesuatu.

Derita Akibat KDRT

Sejak pacaran, Vina sudah mengetahui kalau pacarnya, Roni (29), sangat temperamental. Ia mudah sekali tersinggung dan marah, bahkan karena hal-hal kecil saja. Kalau marah, Roni sering memukul tembok atau membanting-banting barang. Serta memiliki tendensi berkelahi dengan orang lain dan sangat abusive. 

Kalau sudah begitu Vina harus susah payah menenangkannya. Kadang, Roni melampiaskan kemarahannya di mobil, dengan menggenggam erat pergelangan tangan Vina, hingga Vina menangis dan memohon untuk dilepaskan. Bahkan ia bisa menampar atau mendorong Vina hingga terjatuh. Namun melihat Vina menangis, Roni langsung merasa bersalah, ia pun memohon maaf kepada Vina sambil menangis tersedu-sedu, dan berjanji untuk berubah. Vina yang sangat mencintai Roni pun memaafkannya dengan harapan Roni tak akan mengulanginya lagi.

Janji tinggal janji. Kini, setelah empat tahun menikah, bukannya berubah, Roni semakin menjadi-jadi. Bahkan ia bisa tak ragu memukul Vina berkali-kali. Anak mereka yang berusia tiga tahun hanya bisa memandang dan ikut menjerit-jerit melihat Vina menangis memohon Roni supaya berhenti.

Vina akhirnya bercerita kepada kakaknya yang langsung menganjurkan Vina mengajak Roni mengunjungi Konselor Pernikahan. Kakak Vina mengerti kalau masalah ini bukan masalah kecil yang bisa diselesaikan sendiri. Namun harus melibatkan ahlinya agar Roni dapat "sembuh"

Syukurlah Roni menyadari kalau ia memang membutuhkan pertolongan. Ia pun setuju mengunjungi Konselor Pernikahan demi kesembuhan dirinya dan tentunya untuk menyelamatkan pernikahannya.

Kenali dan Hindari KDRT

 

sumber: The Paradigm
sumber: The Paradigm

 Masalah kekerasan dalam rumah tangga ini memang masih sangat tinggi di Indonesia. Menurut data Catatan Tahunan KOMNAS Perempuan 2017, Pengadilan Agama mendapati kekerasan di ranah rumah tangga/relasi personal (KDRT/RP) terhadap istri (KTI) menempati peringkat pertama 5.784 kasus, disusul kekerasan dalam pacaran (KDP) 2.171 kasus. Kekerasan ini meliputi kekerasan fisik 42% (4.281 kasus), diikuti kekerasan seksual 34% (3.495 kasus), kekerasan psikis 14% (1.451 kasus) dan kekerasan ekonomi 10% (978 kasus).

Cukup banyak pasangan yang mengalami kasus KDRT yang datang ke konselor. Masalah ini memang sangat berat, dan harus dianalisis secara mendalam, hingga menemukan akarnya mengapa seseorang melakukan KDRT.

Ada yang memang bermasalah dengan anger sehingga tidak bisa mengendalikan emosinya, apalagi ada juga yang ditambah bad behavior seperti suka minum minuman keras. Atau mengalami masalah kejiwaan, seperti bipolar, yaitu memiliki perubahan suasana hati yang sangat ekstrim. Misalnya jika sedang marah bisa marah sekali dan jika sedang baik, bisa baik sekali seperti malaikat.

KDRT bisa juga terjadi karena konflik terus menerus, yang berlanjut dengan debat mulut, hingga meningkat menjadi kekerasan fisik. Padahal orang itu tak punya sejarah dengan anger atau kdrt. Ada juga orang yang dibesarkan di keluarga yang abusif, jadi ingatannya menyimpan/merekam semua kekerasan yang diterimanya dulu saat dibesarkan, sehingga ketika berumah tangga ia terpicu melakukan kekerasan yang sama.

Karena banyaknya faktor, KDRT tak bisa disembuhkan hanya dengan nasehat dan mencoba mengubahnya sendiri. Apalagi jika KDRT tingkat berat yang  sudah membahayakan nyawa orang lain. Menyembuhkan pelaku dan korban KDRT mau tak mau harus dibawa ke ahlinya, karena sifatnya yang kompleks, dimana biasa pelakunya sendiri tidak dapat mengontrol dirinya untuk tidak melakukan hal tersebut.

Begitu pula korban KDRT perlu disembuhkan dari trauma psikologisnya untuk tetap dapat membina rumah tangga dengan pasangannya. Karena walau pasangannya sudah menjalani terapi dan sudah sembuh, rasa takut, rasa terancam dan pengalaman traumatik tersebut biasa juga sangat membekas.

Karenanya, jika saat pacaran Anda sudah mencurigai bahkan mengetahui calon pasangan Anda punya kecenderungan kekerasan, lebih baik hubungan tak perlu diteruskan. Jika mau, dan pasangan Anda juga ingin sembuh, segera kunjungi Konselor, meski Anda berdua belum menikah. Jika kita tetap stay di hubungan atau pernikahan yang penuh KDRT, akan sangat berbahaya. Selain membahayakan nyawa Anda dan anak-anak, juga bisa menimbulkan bekas mendalam yang traumatis bagi anak-anak karena merekam kejadian yang sangat buruk.

Salam Sejahtera, 

Elly Nagasaputra, MK, CHt

Marriage Counselor & Hypnotherapist

- healing hearts -- changing life -

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun