Pengaruh konflik dalam rumah tangga bisa positif dan negatif. Konflik dengan solusi yang tepat, akan meningkatnya kedekatan suami istri. Kita jadi lebih mengenal pasangan. Apa yang ia sukai dan tidak. Bisa dijadikan ajang belajar.
Namun, konflik bisa jadi negatif bila diungkapkan dengan tidak tepat, misalnya lewat amarah yang berlebihan, membabi buta dan tidak terkontrol dan ditambah pula dengan bumbu yang tidak semestinya yaitu caci maki dan kata-kata tidak pantas lainnya. Sehingga terjadilah verbal abuse hingga physical abuse (kekerasan fisik atau KDRT). Akibat konflik negatif ini, cinta dalam rumah tangga bisa terkikis, menimbulkan rasa sedih, dan hambar. Bagaikan lingkaran setan.
Lalu bagaimana agar konflik tidak berkembang menjadi hal yang negatif karena kemarahan yang tak tertahan? Yang pertama kali harus dilakukan adalah mengendalikan kemarahan tersebut. Jika selama ini sulit mengontrolnya, sebaiknya kita mengikuti konseling anger management. Dengan begitu, ketika berhadapan dengan konflik, khususnya dengan teman hidup, kita bisa bersikap lebih tenang dan terkendali,dan diharapkan pencarian solusi akan lebih smooth dan konflik berakhir positif.
Level konfik yang tinggi, apalagi yang disertai kemarahan terus menerus, menyebabkan muncul rasa malas bertemu dengan pasangan, karena kalau ketemu pasti bertengkar. Dan jika konflik terjadi terus menerus tanpa ada solusi, maka suami istri akan sampai pada tahap tidak ingin konflik lagi. Ini adalah kondisi berbahaya karena sudah ada rasa 'percuma'. Berbicara satu sama lain sudah malas, menghindar jika bertemu, atau malas berdua saja dalam satu ruangan, cinta pun sudah hilang entah kemana.
Kondisi ini tentu saja membawa pengaruh yang sangat negatif, pasangan merasa jenuh dan bosan dengan pernikahannya, cintanya sudah terkikis, pernikahan sudah diujung tanduk. Masing-masing pihak sudah berpikir mengenai perceraian atau mencari orang ketiga untuk menghibur diri mereka.
Jika memang merasa sulit terlepas dari konflik disertai amarah yang berkepanjangan ini, sebaiknya bersama pasangan, Anda berkonsultasi pada Konselor Pernikahan (Marriage Counselor). Sebelum nasi menjadi bubur, sebelum Anda merasa pernikahan Anda sudah tidak bisa lagi diselamatkan.
Salam Sejahtera,
Elly Nagasaputra, MK, CHt
Marriage Counselor & Hypnotherapist
www.klinikhipnoterapijakarta.com