Hati Diandra tak keruan. Sesak rasanya harus berpisah dan melepas suaminya, Reuben, menuju Inggris Raya demi menuntut ilmu.  Pilihan yang sulit memang. Beasiswa apalagi yang datang dari negara Adidaya seperti Inggris tentu merupakan kesempatan yang harus sangat dihargai. Maka ketika kesempatan itu ada, Reuben mesti berpikir masak-masak apakah akan diterima atau ditolak demi keluarga kecil yang telah dibina. Untungnya, meski berat tentu saja, sang istri--Diandra, merestui kepergian Reuben yang sementara. Diandra rasa, nasibnya lebih beruntung karena hanya ditinggal beberapa tahun saja, dibanding teman SMA-nya yang dari awal pernikahan sudah ditinggal suami mencari nafkah ke Timur Tengah. [caption caption="Mesra jarak jauh? Mungkinkah?"][/caption] Sebagai Konselor Pernikahan, saya selalu mengatakan bahwa hubungan jarak jauh (LDR : Long Distance Relationship) bagi pasangan yang telah menikah adalah sebuah tantangan dan bukan suatu pilihan bijaksana jika hendak dilakukan untuk jangka yang panjang. Untuk diketahui, beberapa sebab musabab mengapa pasangan yang telah mengikat janji dalam pernikahan bisa melakukan LDR diantaranya adalah karena alasan pekerjaan, pendidikan dan alasan penting lainnya. Maka, ketika pernikahan Anda berada dalam posisi tersebut, saya sarankan untuk mengikuti beberapa step agar hubungan yang sudah terjalin tetap baik dan berada pada koridor yang benar. Pertama, pastikan jarak LDR atau hubungan jarak jauh telah disetujui oleh kedua belah pihak. Artinya, pasangan yang akan pergi meninggalkan suami atau istrinya, mendapatkan support penuh dari pasangan yang ditinggalkan. Untuk itu, penting sekali adanya komitmen jika kedua belah pihak setuju adanya hubungan jarak jauh untuk sementara waktu. Kedua, sebelum pergi dan berpisah, harus sudah ada aturan jelas mengenai waktu pertemuan. Misal, sebulan sekali atau tiga bulan sekali. Jangan biarkan pasangan menunggu tanpa kejelasan. Ketiga, buat komitmen tentang bagaimana akan berkomunikasi secara jelas jelas. Saat ini kita beruntung, hidup pada masa di mana, teknologi komunikasi sudah sangat mudah dan canggih dengan biaya yang cenderung murah. Saya selalu menyarankan kepada pasangan yang melakukan hubungan jarak jauh untuk selalu berkomunikasi bukan hanya dengan bahasa tulisan atau pesan teks tetapi juga melalui suara dan video call. Hal tersebut sangat penting agar kita merasakan bahwa pasangan tetap berada dekat meski sebenarnya terpisah jarak yang cukup jauh.  Keempat, ketika melakukan komunikasi, pastikan selalu membawa keterbukaan dan jujur dan transparan 100% dalam setiap pesan yang disampaikan.  Banyak pasangan, ketika melakukan komunikasi hanya sekedar melakukan komunikasi basa-basi. Jadi, bukannya tidak diperbolehkan, namun baiknya selain melakukan komunikasi aktivitas sehari-hari, sertakan juga ungkapan perasaan yang sedang dirasakan. Sehingga, dalam hubungan akan benar-benar ada keterbukaan dan tidak ada yang disembunyikan. Selanjutnya kelima, ketika memiliki kesempatan untuk bertemu dan melepas rindu, pastikan juga jika waktunya cukup berkualitas. Saat bertemu setelah sekian waktu berpisah adalah waktu yang tepat untuk mengutarakan banyak hal yang telah dipendam, baik suka maupun duka ketika berpisah.  Keterbukaan tersebut sangat diperlukan agar pasangan tahu kondisi kita selama berpisah dan agar supaya sama-sama menanggung beban bersama meski berada misal, di dua benua yang berbeda. [caption caption="Hubungan jarak jauh"]
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H