Mohon tunggu...
Elly Nagasaputra MK CHt
Elly Nagasaputra MK CHt Mohon Tunggu... Administrasi - Konselor Pernikahan dan Keluarga

Konselor Profesional yang menangani konseling diri, konseling pra-nikah, konseling pernikahan, konseling suami istri, konseling perselingkuhan, konseling keluarga. www.konselingkeluarga.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pernikahan: Dari Awal hingga Akhirnya

7 September 2013   11:56 Diperbarui: 24 Juni 2015   08:14 718
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seberapa banyak dari kita yang menikah dengan hati yang berbunga-bunga, penuh dengan bayangan berbagai kebahagiaan yang akan kita raih dalam lembaga yang disebut pernikahan? Tentu hampir sebagian besar dari pasangan yang baru menikah, membayangkan dan mengharapkan hal tersebut.

Tahun demi tahun pernikahan dijalani, ada yang menjalani dengan cukup merasakan bahagia, ada juga yang tidak terlalu merasa bahagia bahkan merasa ”terasing” di dalam relasinya dengan pasangan hidup. Ada yang merasa tinggal satu rumah dan tidur satu ranjang dengan orang yang sebenarnya tidak dia kenali lagi kepribadiannya. Mengapa hal itu bisa terjadi?

Bahkan pernikahan yang diawali dengan langkah penuh kebahagiaan, banyak yang menjadi redup. Apalagi setelah tahun pernikahan memasuki usia diatas 10 tahun. Ada lelucon yang menggambarkan sbb: ” Jika kita ke restoran, dan melihat pasangan suami istri duduk makan bersama, kita bisa menilai sudah menikah berapa tahunkah mereka. Pernikahan di bawah 5 tahun maka suami istri tersebut masih makan dengan saling memandang penuh cinta, pernikahan di atas 5 tahun, maka suami istri tersebut sibuk mendiskusikan mengenai anak dan tidak membicarakan tentang diri mereka. Pernikahan di atas 10 tahun maka suami istri tersebut sibuk menyantap hidangan mereka, tanpa saling memandangatau berbicara”.

Manusia memiliki rasa bosan. Apapun yang kita miliki, cepat atau lambat kita dapat bosan. Pernahkan Anda mengidam-idamkan mobil baru atau handphone baru? Begitu bersemangat saat kita mendapatkan barang baru, tapi dengan berjalannya waktu, seberapa baguspun barang yang kita sudah dapatkan tersebut, timbul rasa bosan. Timbulnya rasa bosan ini berbeda-beda bagi setiap orang. Ada orang yang begitu telaten merawat mobilnya yang telah berusia lebih dari 10 tahun, ada yang baru 3 tahun sudah merasa ingin ganti mobil baru karena bosan.

Nah, lalu bagaimana dengan pasangan hidup? Pasangan hidup adalah partner yang kita pilih untuk mendamping kita hidup dari mulai kita masuk gerbang pernikahan hingga maut menjemput kita. Tidak ada yang tahu akan berapa lama, bisa beberapa tahun bahkan hingga puluhan tahun. Lalu mengapa, ada kakek nenek yang masih begitu anggun, akrab dengan cara yang elegan satu sama lain, saling mencintai, saling mengasihi, saling menghormati,saling memperhatikan di usia senja mereka? Di sisi lain, ada pasangan muda yang masih gagah dan cantik namun mereka bertengkar setiap hari seperti anjing dan kucing. Tidak henti-hentinya saling membenci, saling mencaci dan terkadang tidak malu mempertunjukkan hal itu di depan anak-anaknya bahkan di depan umum.

Apa sebenarnya yang salah? Tidak mudah menemukan jawabannya. Karena terkadang masalahnya adalah kompleks. Namun beberapa hal yang dapat diperhatikan agar kita jangan sampai menikah hanya untuk waktu yang sementara dan jangan sampai cinta yang kita bina pudar hanya dalam beberapa tahun adalah :


  • JANGAN SALAH MEMILIH PASANGAN

Kalau kita memilih untuk membeli barang yang sepele seperti handphone dengan begitu berhati-hati. Membandingkan satu handphone dengan yang lain.    Membandingkan kualitas, kegunaan, model, harga dan berbagai aspek lainnya. Belum lagi sibuk berpindah dari satu toko ke toko lain. Lalu bagaimana dengan proses memilih pasangan hidup ?

Apa yang ada di benak Anda ketika Anda jatuh cinta dan berani memutuskan untuk menikah?

Seberapa yakinkah bahwa pasangan yang Anda pilih, adalah orang yang akan tahan untuk Anda cintai tanpa rasa jemu dan bosan sampai puluhan tahun yad?

Seberapa yakinkah bahwa orang yang Anda pilih mampu dan tahan menjalani hidup bersama dengan Anda?

Seberapa yakinkah bahwa pasangan yang Anda pilih setelah tahu diri Anda yang sesungguhnya dengan segala kelemahan dan kekurangannya, dia tetap akanmencintai Anda dengan kadar cinta yang utuh?

Dan pertanyaan tersebut tentu harus dibalik juga, Apakah jika Anda menemukan bahwa pasangan yang Anda pilih memiliki kelemahan dan kekurangan, apakah Anda masih dapat mencintainya dengan kadar cinta yang tetap sama?

Seperti saya katakan rasa bosan adalah manusiawi, lalu bagaimana jika Anda merasa bosan terhadap pasangan? Mungkinkah hal itu terjadi? Jika ya, apa yang akan terjadi dengan pernikahan Anda?

Memilih pasangan yang tepat bagi diri Anda adalah langkah awal yang sangat penting untuk membina satu pernikahan yang langgeng sampai puluhan tahun yad.

Namun, memilih pasangan yang tepatpun tidak menjadi jaminan bahwa Anda akan memiliki pernikahan yang bahagia dan bertahan hingga akhir hayat.


Jika kita hendak membuka toko yang sederhanapun, kita harus memikirkan strateginya. Berapa perongkosan yang harus ditutup dengan omzet yang harus dicapai oleh toko tersebut. Berapa profit yang ingin diraih di bulan pertama hingga tahun-tahun yad. Dalam berapa tahun, modal yang ditanamkan diharapkan akan  kembali. Dan jika ternyata menghadapi persaingan dari toko sebelah apa yang harus dilakukan. Dan banyak strategi lainnya. Apalagi jika kita hendak buka perusahaan besar.

Pernikahan bukanlah membuka bisnis. Jauh lebih kompleks dan jauh lebih sulit. Tapi mengapa justru untuk hal yang jauh lebih kompleks, sulit dan jauh lebih bermakna, kita justru tidak memikirkan bagaimana strategi menjalankan pernikahan?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun