Delapan puluh persen, pasangan yang datang ke ruang konseling keluarga adalah karena salah satu pihak berselingkuh. Di zaman saat ini, dimana gadget memungkinkan segalanya, membuat yang jauh menjadi dekat dan yang dekat justru menjadi jauh, maka selingkuh semakin mendapatkan “fasilitas” untuk dimungkinkan terjadi dalam perkawinan.
Dari berbagai kasus konflik dalam rumah tangga yang berusaha dipulihkan dalam ruang konseling, maka kasus dilakukannya selingkuh oleh salah satu pihak menjadi kasus tersulit dan kadar terkronis yang terjadi. Seumpama penyakit, maka terjadinya selingkuh dalam relasi suami istri seperti kanker yang sudah mencapai stadium tinggi.
Namun, apakah masih ada harapan? Ketika perselingkuhan terjadi, dan pada umumnya diketahui oleh salah satu pihak, lalu pasangan suami istri mencari konselor pernikahan untuk membantu mereka keluar dari masalah tersebut, apakah mungkin? Apakah perkawinan masih bisa dipulihkan? Jika ditanyakan ke saya soal mungkin atau tidak, maka jawaban saya adalah MUNGKIN. Sangat mungkin bahwa perselingkuhan yang dilakukan oleh salah satu pihak, tidak menghancurkan perkawinan yang sudah ada. Sangat mungkin pernikahan masih bisa dipulihkan, dikembalikan ke rel yang benar dan kedua belah pihak kembali ke peran sebagai suami-istri dan orang tua bagi anak-anaknya secara utuh.
Tentu saja jawaban MUNGKIN adalah dengan syarat dan ketentuan yang harus diikuti oleh suami istri yang mengikuti konseling tersebut. Syarat yang sederhana namun perlu komitmen dan kejujuran untuk melakukannya yaitu :
- menyadari seratus persen kesalahan yang dilakukan --- 100% awareness
- rendah hati --- humble heart
- mau belajar untuk berubah dan konsisten pada setiap tahap konseling mulai dari tahap menemukan penyebab hingga pemulihan (teachable & consistent)
Dalam setiap kasus, sebenarnya sama. Modal untuk sembuh adalah tiga langkah tersebut. Arrive at a full awareness level, have a humble heart to admit and a teachable heart to learn and to change in a consistent way.
Namun memang dalam kasus perselingkuhan menjadi proses yang paling sulit, paling menyakitkan namun juga paling memberikan reward yang memuaskan. Ketika pasangan berhasil masuk dalam proses memaafkan dan mengerti mengapa hal itu terjadi, memulihkan relasi mereka dan ini yang terpenting, menjaga dan mengupayakan bahwa hal ini tidak akan terjadi lagi di kemudian hari, maka kebahagiaan yang dinikmati setelah begitu banyak airmata dan sakit hati menjadi moment yang sangat indah.
Seperti seseorang yang telah mengalami penyakit kritis dan disembuhkan, diberikan kesempatan kembali untuk hidup dalam usia yang panjang. Menjadi suatu momen kesadaran untuk meneruskan hidup menjadi manusia baru, yang memiliki bahagia sejati, membahagiakan pasangan dan membahagiakan anak-anak.
Karena hidup kita sebenarnya adalah sangat singkat. Helaan nafas kita tidaklah terlalu banyak selama kita hidup di muka bumi ini. Karena itu marilah kita hanya lakukan yang berarti dan bermakna dalam kekekalan. Tidak ada gunanya hidup dalam eforia sementara.
At the end of the day, the one who stood by our side is our spouse, our husband, our wife and our children.Pelihara warisan sejati kita. Jangan sia-siakan orang-orang yang mencintai kita dengan tulus dan setia.
Ketika kesalahan telah dilakukan, segera cari seseorang yang mampu menarik anda keluar dari liang kesalahan yang telah anda gali. Bersama konselor yang anda percayai, tutup lubang tersebut dan kembali merajut hari-hari indah bermakna bersama keluarga anda.
Elly Nagasaputra, MA in Counseling
Family & Life Counselor
www.konselingkeluarga.com
-healing hearts-changing life-