Mohon tunggu...
Alhagi Arfiansyah
Alhagi Arfiansyah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu Sejarah Universitas Padjadjaran

Saya adalah orang yang suka bercerita, berpikir, dan belajar.

Selanjutnya

Tutup

Artificial intelligence

Perkembangan Kecerdasan Buatan, Apakah Ancaman Bagi Manusia?

21 Juni 2024   13:20 Diperbarui: 16 Juli 2024   15:58 272
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Artificial Intelligence. Sumber ilustrasi: pixabay.com/Gerd Altmann

Efisiensi menjadi salah satu hal yang menandai kesuksesan modernitas teknologi dalam kehidupan manusia. Namun, apakah efisiensi selalu berarti hal baik dalam kehidupan manusia? Sekarang coba bayangkan seperti ini, sebagai seorang mahasiswa anda sering dituntut untuk berpikir kritis dan konstruktif agar memiliki kapasitas sebagai seorang intelektual dalam kemasan yang berusaha di produksi oleh kampus. 

Dahulu untuk memiliki kemampuan berpikir konstruktif, seorang mahasiswa di tempa melalui tumpukan tugas dengan cara penyelesaiannya yang masih konvensional. 

Mencari bahan bacaan, memeras otak untuk mencari sari pengetahuan dari gundukan informasi, dan  merubah pengetahuan tadi menjadi sesuatu yang praktis agar bisa dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari, hal tersebut adalah tahapan konvensional dimana mahasiswa melatih daya berpikirnya. 

Munculnya kecerdasan buatan seperti ChatGPT merubah keseluruhan paradigma tentang bagaimana seorang mahasiswa dapat menyelesaikan persoalan tugas kuliahnya. 

Bila sebelumnya mahasiswa dituntut untuk menyelesaikan tugasnya dengan proses yang lebih rumit, guna menciptakan output sebagai seorang mahasiswa yang memiliki daya berpikir kuat, kini mereka dibantu dengan kecerdasan buatan yang memiliki kapasitas pengetahuan, kalkulasi, dan objektivitas yang lebih tinggi dari kecerdasan organik mahasiswa pada umumnya.  Namun, apakah dengan munculnya kecerdasan buatan seperti ChatGPT ini juga menandai berakhirnya budaya berpikir kritis mahasiswa?.

Melihat bagaimana kecerdasan buatan seolah mempengaruhi dunia berpikir mahasiswa dengan menciptakan ketergantungan mahasiswa pada kecerdasan buatan, dahulu pada tahun 1996 terjadi peristiwa sensasional dimana kecerdasan buatan bersaing dengan kecerdasan organik manusia, yaitu pertarungan antara Garry Kasparov sang juara dunia catur melawan komputer catur milik perusahaan IBM, Deep Blue di Philadelphia. 

Pada pertandingan pertama antara kecerdasan Organik melawan Kecerdasan buatan ini, Kasparov berhasil keluar sebagai pemenang. Kemenangannya atas Deep Blue menunjukkan bahwa kecerdasan buatan belum memiliki kemampuan untuk melompati kecerdasan organik yang dimiliki oleh manusia.

Pada tahun 1997 di auditorium New York terjadi pertarungan ulang antara dua simbol kecerdasan yang mewakili mesin dan manusia. Kasparov pada saat itu tidak diragukan lagi merupakan pecatur terhebat yang sedang berkuasa, lawan yang ia hadapi bukan lagi Grandmaster manusia, melainkan sebuah kecerdasan buatan yang memiliki kemampuan untuk membaca langkah catur sejauh 200–300 juta langkah kedepan dalam hitungan detik. Pertandingan ini benar-benar terlihat seperti kecerdasan buatan yang berusaha merebut dominasi kecerdasan manusia pada permainan catur.

Berharap seperti hasil pertarungan sebelumnya, Kasparov menggunakan strategi catur yang dia sebut sebagai “anti-computer strategy”, yang sebelumnya mampu memberikan dia kemenangan melawan Deep Blue. Strategi yang dipakai Kasparov memanfaatkan fakta bahwa komputer catur tidak mampu memikirkan strategi kompleks, atau membaca intensi dari setiap langkah catur yang dimainkan oleh manusia, terlepas dari keunggulan komputer catur dalam kemampuan mengkalkulasi langkah kedepan. 

Kasparov berpikir bahwa komputer catur akan selalu berfokus pada keuntungan jangka pendek yang bisa diperoleh terlepas dari kemampuannya dalam melihat kemungkinan-kemungkinan langkah yang bisa dimainkan, oleh karena itu Kasparov berencana memainkan pertandingan ini secara defensif dan mencari celah untuk menciptakan langkah dengan tujuan kompleks guna mengalahkan Deep Blue.

Pada pertandingan pertama, Kasparov mampu mengungguli Deep Blue. Strategi yang dirancang oleh Kasparov berbuah manis, ia mampu mengukuhkan pertahanannya dan menciptakan pion bebas untuk di promosikan pada langkah ke-44, dan di langkah berikutnya Deep Blue menyatakan menyerah kepada Kasparov. Berdasarkan hasil pertandingan pertama sepertinya masih menunjukkan bahwa umat manusia masih jauh lebih unggul dalam strategi jangka panjang seperti yang Kasparov prediksi. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Artificial intelligence Selengkapnya
Lihat Artificial intelligence Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun