Mohon tunggu...
kondo langit
kondo langit Mohon Tunggu... -

senyum dan tawa itu murah, tetapi tidak selalu murahan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Mari Hentikan Waktu!!!

29 Juli 2012   17:32 Diperbarui: 25 Juni 2015   02:28 198
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

(google.com) Tik. Tikk.. Tikkk…

Bunyi jarum jam bergerak secara tetap dan konsisten. Ia terus memutar dalam landasan lingkar menuju ke arah kanan. Ia tak mau berhenti meski berulangkali telah menginjak jejaknya sendiri. Bahkan, ia tak peduli si pemilik arloji sedang tidur mendengkur atau matanya melotot akibat insomnia. Baginya, yang ada hanyalah berputar maju untuk meninggalkan masa lalu menuju masa depan.

Tik. Tikk.. Tikkk…

Nyatanya, waktu bagi kita adalah pergantian dari detik ke detik. Hanya itu! Tidak lain! Benar-benar sama persis dari detik ke detik. Karenanya, waktu menjadi semakin lama semakin homogen. Segala sesuatu bergerak dalam irama waktu. Maka jangan heran, apabila kaum kapitalis kemudian memaknai semua itu dengan berprinsip: “Waktu adalah Uang.” Waktu adalah tempat untuk menghasilkan materi, terutama uang.

Tik. Tikk.. Tikkk…

Waktu yang seperti ini menusuk hati dan pikiran tak hanya untuk kaum kapitalis. Namun, dunia rupanya mengamini dan bergerak seirama dalam guliran waktu adalah uang. Pada titik ini, waktu perlu bahkan harus dihentikan. Tidak boleh waktu berjalan seenaknya begitu saja. Persoalannya, apakah kita bisa dan mau menghentikan waktu?

Tik. Tikk.. Tikkk…

Di masa lalu, kita menemukan sejarah bangsa yang mampu menghentikan waktu. Dalam tulisan suci, mereka adalah bangsa Yahudi. Mereka menempatkan hari ketujuh (Sabat) sebagai waktu untuk berhenti dari pelbagai kegiatan. Mereka menjadikan hari Sabat sebagai waktu untuk berpesta dengan Tuhan dalam keheningan.

Tik. Tikk.. Tikkk…

Lebih dekat dengan kita, hari-hari ini umat Islam berpuasa. Mereka berhenti makan dan minum untuk menahan keinginan perut untuk selalu minta diisi. Mereka berhenti untuk menuruti dorongan daging yang selalu minta dipuaskan. Mereka menghentikan dari setiap jerat nafsu yang bergulung-gulung dan hanya Tuhan yang dituju.

Tik. Tikk.. Tikkk…

Kalau demikian, berhenti akan memuncratkan segala sesuatu yang bernilai baik dan benar yang disuarakan oleh Sang Kebaikan Tertinggi. Tanpa mau berhenti, waktu yang bergerak detik demi detik akan menimbun semuanya. Pada titik akhir, baterai arloji akan habis. Siapa yang tak pernah berhenti akan terlambat untuk menghitung detikan itu.

Tik. Tikk.. Tikkk…

Teruskan berpuasa agar bisa berpesta!

Cinta si kenthir menyertai Anda!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun