Mohon tunggu...
Komunitas Kretek
Komunitas Kretek Mohon Tunggu... lainnya -

Komunitas Kretek lahir atas kesadaran bahwa kretek adalah salah satu produk budaya bangsa Indonesia yang unggulan. Adalah cita-cita kami bersama untuk membela para penghayat budaya kretek, termasuk di dalamnya pelaku industri kretek dari hulu ke hilir, konsumen kretek, pemerhati kretek, kalangan akademisi, dan pecinta budaya kretek lainnya.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Kiri-kanan Wisata Kretek (Bagian 2)

4 November 2014   22:33 Diperbarui: 17 Juni 2015   18:38 68
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di gerbang Oasis, menjulang menara kretek karya perupa terbaik negeri ini. Begitu pula di beberapa tempat di dalamnya. Di PPT, rombongan masuk ke green house dan mendapat berbagai informasi mengenai aneka ragam tanaman yang dikembangkan di kawasan ini.

Saking terpesonanya pada tumbuh-tumbuhan yang ada, Tika sampai berguling-guling ala Syahrini di lahan pembibitan lavender. “I’m feel free,” katanya menirukan Syahrini sambil badannya berputar-putar dengan dua tangan mengembang, sebelum menjatuhkan badannya yang subur di atas rerumputan. Ajaib sekali.

Setelah dimanjakan panorama PPT yang asri, pasukan bergerak menuju Rumah Adat Kudus. Di depannya berdiri gapura seperti yang ada di Masjid Kudus, bangunannya penuh dengan ukiran. Rumah ini hanya disangga satu tiang yang bernama Soko Jejeg, yang merupakan lambang dari Tuhan yang Maha Esa.

Setelah puas berfoto dengan barang-barang kuno, minum dari kendi dan main dakon, rombongan bergeser ke pabrik SKM. Seperti berada di dimensi berbeda, Ayu memasuki ruangan-ruangan yang dipenuhi mesin canggih, dengan aroma kretek yang khas.

Jika di SKT Ayu menyaksikan perjuangan ribuan orang dengan ketrampilan tangan yang luar biasa, di SKM sebagian besar pekerjaan diselesaikan oleh mesin. Sedikit saja yang membutuhkan sentuhan manusia. Bahkan untuk kerja-kerja pengangkutan, ada robot pintar yang hilir-mudik berjalan sesuai dengan perintah mesin.

Setelah beberapa jam menghabiskan waktu di berkeliling SKM, kami pun dijamu makan siang oleh pihak Djarum. Makanan enak luar biasa. Garang asem! Sehabis ramah-tamah yang kekenyangan, tujuan selanjutnya adalah PB. Djarum yang legendaris itu.

Sambil mengayunkan raket memukul kok, saya ngeri sendiri membayangkan Indonesia tanpa PB Djarum. Barangkali tidak akan ada lagi yang bisa kita banggakan di kancah internasional.

***

Di perkantoran PB Djarum, setelah makan malam, ada ngobrol-ngobrol ringan bersama Noe Letto.

“Enak ya di sini. Baru masuk aja udah ada asbak,” kata Letto membuka percakapan.

Ya, meski perkantoran, semua orang boleh merokok di sini. Di lift, di kamar mandi, ruang rapat, ruang pertemuan hingga ruang direksi. Semuanya menyediakan asbak ukuran besar yang bentuknya bagus.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun