Mohon tunggu...
Cerpen Pilihan

Sekisah Bercerita (1) | Fajar

5 Maret 2019   15:26 Diperbarui: 5 Maret 2019   15:35 24
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Sore dari sebuah coffee shop tempat biasa kita bersua, aku memaksa memoriku  menelusuri tiap sudut ruangan mengiring mataku terpejam, melintas batas imaji yang sudah tak kau izinkan lagi, menuju deret melintang tiap kenangan.

Aku mencoba bertanya pada Robusta yang ada diatas meja. Masih adakah aku di sekian lama hatimu pergi?
Oh iya ini Robusta yang tidak pernah absen kau pesan, aromanya masih sama namun keadaannya yang sudah berbeda. Meski tubuhmu tak lagi bersandar, tetapi bayangmu masih enggan berpendar.

Untukmu, satu tahun lalu: Seperti kemarin rasanya setahun berlalu, ketika itu kamu datang dengan mata berkaca, menangis sejadinya saat kau tiba-tiba memeluk ku seraya berkata bahwa orang tua mu telah memilihkan seorang yang akan mendampingimu hingga tutup usia.

Luruh hatiku seketika, aku tau betapa mereka tidak pernah restu dengan kisah kita dan aku sudah mengira kemungkinan ini akan terjadi pada saatnya, karena kita memilih menjalani cinta dengan agama yang berbeda.
Disetiap mesra yang tercipta selalu menggantung pertanyaan. "Akan sampai kapan?"
Yang pada akhirnya kita menutup mata dan menyerahkannya pada semesta.

Aku tengah mengaduk Robusta sembari menerjemahkan jingga di pelataran senja, mencari jejak terakhirmu di deretan meja, mengais sisa tawamu yang kini tiada.

Kau akhirnya bersanding dengannya.

Untukmu, satu bulan lalu: Nafasku sesak ketika disuatu pagi kamar indekosku terketuk, aku melihat sosok wanita manis yang membuat hatiku teriris, Kamu. Aku melihat sesuatu yang berbeda darimu, ada cincin tersemat di jari manismu.

Kau tarik keluar sepucuk amplop biru dari tas kecilmu, undangan pernikahan. Aku langsung menebaknya. Senyum getir tersirat di wajahmu, tak perlu kau merasa bersalah. Kau cukup bahagia saja, patah hati bagiku sudah menjadi hal biasa.

Untukmu, hari ini: Habis sudah Robusta di meja, disambut mega yang merona. Cantik, seperti kau yang malam ini akan mengenakan gaun pengantin terbaik dari designer terbaik di kota ini.

Berbahagialah dalam janji suci, aku ikhlas melepasmu pergi. Selamat menempuh hidup baru, dari aku yang pernah ada di hatimu.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun