Belum sampai aku menggapai pintu mobilku, seorang anak perempuan mengejutkanku karena gadis itu memberikanku sebuah amplop berwarna merah muda. Kubuka amplop itu dan kulihat isinya dengan heran, tertera sebuah alamat disitu dan nama pengirimnya, Timo. Tanpa membuang waktu, aku segera menuju alamat yang tertera di surat itu.
Betapa terkejutnya aku melihat rumah mewah itu didominasi oleh orang orang berbaju hitam, sama seperti warna bajuku. Banyak karangan bunga menghiasi halaman rumah itu. Dengan gemetar aku berjalan masuk ke rumah itu dan melihat semua orang di sana menangis dan di tengah mereka ada seseorang yang di tutup kain putih.
Aku mengenali wajah seorang paruh baya yang duduk di antara banyaknya orang yang hadir di situ. Dia Ibu Joana, ibu Timo. Aku mendekatinya lalu bertanya apa yang terjadi.
"Dia sudah pergi nak, maafkan dia," kata Ibu Joana langsung mengenaliku.
"Dia siapa? Di mana Timo?" kataku dengan air mata sudah menggenang di pelupuk mataku.
"Timo sudah pergi nak, dia sudah tenang disana,"
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H