Mohon tunggu...
Fahrie Muhammad
Fahrie Muhammad Mohon Tunggu... -

Seorang Mahasiswa FISIP Jurusan Hubungan Internasional

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kondisi Mengancam di Selat Hormuz

30 Januari 2012   04:16 Diperbarui: 25 Juni 2015   20:18 1717
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemimpin Iran Mahmoud Ahmadinejad

Situasi keamanan Timur Tengah kembali bergejolak setelah Iran memutuskan untuk mengancam negara Barat (Amerika Serikat dan sekutu). Iran mengancam akan menutup Selat Hormuz, yang mana selat ini merupakan selat yang menjadi jalur pelayaran kapal-kapal minyak sekitar 20 persen dari distribusi minyak dunia. Negara Iran dapat saja sewaktu-waktu menutup selat ini atas ancaman keamanan dan sanksi Amerika Serikat terkait dengan dugaan pengembangan senjata nuklir Iran. [caption id="" align="alignnone" width="576" caption="Pemimpin Iran Mahmoud Ahmadinejad"][/caption] Security dilemma dalam pandangan realisme dapat menjelaskan fenomena yang terjadi antara Iran dan Amerika Serikat. Belum lama ini, Iran melakukan latihan uji coba rudal yang dimiliki negara ini. Rudal-rudal yang dikembangkan Iran memiliki kemampuan yang berbeda. Iran memiliki rudal yang dapat menjelajah wilayah yang jauh dan wilayah yang dekat. Selain itu, Iran melakukan latihan perang laut besar-besaran selama 10 hari sejak 24 Desember 2011. Hal ini dilakukan Iran terkait dengan ancaman keamanan AS terhadap negaranya. AS mengawasi Iran melalui pangkalan militernya di Bahrain. [caption id="" align="alignnone" width="507" caption="Rudal Penjelajah Jarak Jauh Milik Iran"]

[/caption] Negara AS juga melakukan latihan militer dengan negara Israel sebagai reaksi terhadap ancaman keamanan Iran. Amerika Serikat tidak mengakui latihan militer ini sebagai reaksi dari ancaman keamanan Iran. Negara ini hanya menyampaikan bahwa latihan militer AS-Israel adalah bagian dari agenda latihan yang telah direncanakan sejak lama. Namun, jika dipandang dari analisis realisme ilmu hubungan internasional, peningkatan keamanan yang dilakukan AS dapat dikatakan sebagai kondisi Dilemma of Security. Amerika Serikat khawatir dengan bahaya pengembangan senjata militer Iran. Negara Barat, termasuk Amerika Serikat menjadi negara yang selalu berkonfrontasi dalam berbagai aspek ekonomi, militer dan teknologi.  Selain itu, pengembangan bom bunker Amerika Serikat menjadi bagian dari kondisi Sekuriti dilema. [caption id="" align="alignnone" width="500" caption="Bom Bunker Milik Amerika Serikat yang Dijual Kepada Israel"][/caption] Permasalahan Selat Hormuz ini tentunya dapat menimbulkan permasalahan dunia. Selat Hormuz menjadi bagian dari pelayaran kapal minyak dunia, sehingga dampak penutupan Selat Hormuz dapat membuat krisis minyak di sejumlah negara didunia. Permasalahan  ini menimbulkan kecaman dari berbagai negara didunia termasuk negara berkembang. Karena, sumber energi minyak merupakan kebutuhan utama dalam pembangunan industri kecil negara berkembang. Terkait dengan konflik ini, perdamaian tentunya menjadi keinginan negara-negara berkembang sebagai negara yang mungkin menjadi korban jika Iran menutup Selat Hormuz. Indonesia merasa terancam dengan kondisi ini.  Menteri Koordinator Perekonomian, Hatta Rajasa kepada pers, Selasa (24/01), mengatakan bahwa Indonesia sudah beberapa kali menghadapi fluktuasi harga minyak akibat tidak menentunya kondisi keamanan internasional. Hatta mengingatkan Indonesia agar tidak terlalu bergantung pada minyak terkait dengan ancaman keamanan Selat Hormuz. Ketergantungan terhadap minyak bumi menjadi penyebab dari penolakan Indonesia terhadap koflik keamanan di Selat Hormuz. Selain itu, perdamaian mungkin akan tercipta jika dipandang dalam konsep massive assured destruction didalam ilmu HI. Perang tentunya akan tercipta jika negara telah mengkalkulasi kerusakan dan kehancuran yang dihadapi, sehingga perang antara AS dan Iran tentunya tidak akan terjadi jika kedua negara berpotensi saling menghancurkan satu dan lainnya. Hal ini terbukti telah terjadi pada masa perang dingin terkait dengan konflik antara Soviet dan Amerika Serikat. Namun, padangan ini mungkin hanya menjadi prediksi dari padangan ilmu pengetahuan. Perang yang sebenarnya tidak dapat diprediksi dengan tepat dan pasti. Hal ini berkaitan dengan sistem internasional yang anarki (tidak ada otoritas tertinggi diatas negara). PBB dengan DK (Dewan Keamanan) bukalah sebagai otoritas tertinggi dalam penyelesaian konflik keamanan didunia. [caption id="" align="alignnone" width="601" caption="Ilustrasi/ Massive Assured Destruction"]
[/caption] Dengan demikian, massive  destruction mungkin menjadi ancaman kedepan terkait dengan memanasnya situasi di Selat Hormuz. Namun, konflik Selat Hormuz ini tidak hanya menjadi bagian dari ancaman keamanan antara Barat (Amerika Serikat dan Sekutu) dan Iran. Selat Hormuz bernilai ekonomi bagi negara-negara berkembang dalam peningkatan ekonomi, karena minyak merupakan kebutuhan primer negara berkembang dalam meningkatkan UKM (usaha kecil menengah). Negara-negara berkembang tentunya dapat bersatu dalam menekan negara AS dan Iran untuk memilih perdamaian. Sumber Bacaan: http://www.politikindonesia.com/index.php?k=politik&i=30783-Indonesia-Siap-Antisipasi-Dampak-Konflik-Selat-Hormuz http://internasional.kompas.com/read/2012/01/01/22113836/Iran.Uji.Coba.Rudal.Terbaru Written by Muhammad Fachrie ( Mahasiswa Hubungan Internasional)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun