Devi Mubarak, Sekretaris Komunitas Seni Waktu, menjawab bahwa umumnya penggunaan berbagai jenis cat dibebaskan bagi setiap pelukis yang hadir.
"Bebas koq mbak. Cuma ya seringnya cat air, cat minyak, serta acrylic. Nah, hari ini saya memilih palet cat air, karena ngerasa praktis saja. Saya juga lebih suka cat air, karena relatif mudah saat ingin memberikan detail tertentu di lukisan," demikian urai Devi, saat KOLOM kepo dengan pilihannya pada cat air.
Lain Devi, lain pula Mahzan, Miq Pian, Om Dul atau Datuk Yanto. Empat pelukis ini -- bagi mata awam KOLOM, terhitung sama cepat dan kilatnya eksekusi konsep lukisan. Mahzan misalnya. Latar lukisan merah terang dan sapuan kehitaman di sebagian sisi terluar kanvas, menguatkan serta menegaskan karakter dari empat model di dalam lukisannya.
"Objek manusia, umumnya bisa tergambar semakin kuat dengan warna-warna 'panas'. Merah terang, hitam, misalnya. Warna utama ini yang saya pilih dalam lukisan kali ini. Nah, kalau Om Dul di sebelah saya ini, memilih jenis lukisan Impresif. Warna-warna utamanya cerah, paling gampang memikat mata."
Mahzan juga yang mengoreksi kekeliruan awal KOLOM, yang mengira minyak lukisan yang dipakai adalah minyak tanah (rrr, boleh koq di-ngakak-in -- asli, beneran gak tau).
"Minyak lukisan itu khusus. Yang suka dipakai Mamiq Adi misalnya. Merek tersebut termasuk merek tinggi di kelasnya. Nah, kalau yang dipakai Datuk Yanto, itu merk umum, relatif lebih mudah didapatkan," urainya panjang lebar, sembari tetap sibuk menyelesaikan lukisannya.
Mahzan dengan Serunih Studio-nya, kerap membuka kelas melukis dengan peserta wisatawan mancanegara atau ekspat yang tinggal di Lombok. KOLOM dan Mahzan kerap ngobrol-nya pakai Bahasa Inggris. Mana tau suatu hari nanti, tamu Live IG-nya KOLOM juga salah seorang pelukis mancanegara kan? Aamiin.