Salam KOLOM,
Kita masih di euforia perayaan Hari Kesaktian Pancasila di 1 Juni. Â Di kota Selong kabupaten Lombok Timur (Lotim), aktivitas rutin harian kini sepadat kota lainnya di Indonesia. Isu Covid-19 sudah tak menarik dibahas, seiring semakin berkurangnya penggunaan masker. Di satu sisi, di pekan pertama Juni ini, banyak event offline mulai digelar di sana dan di sini. Masih di Lotim, lintas dinas sedang bersinergi menyukseskan gelaran Runjani 100. Ramainya event offline ini tak menyurutkan terwujudnya satu event seni, yaitu 'Rangkula, Asam Garam Pelukis Lokal Lombok Timur'. Tak kalah bangga, KOLOM ikut membersamai event istimewa ini sebagai tim media partner.
Rangkula, Kelahiran Awal Galeri Seni Lukis Lombok Timur
Benar telah berakhir, namun masih saja terpaksa memasukkan sebagian efek pandemi sebagai salah satu penyebab lahirnya Rangkula. Banyak pelukis di Lotim khususnya, atau Lombok secara umum, terpaksa membawa pulang koleksi lukisan mereka. Sebelum pandemi, karya mereka tersebar dan terpajang di galeri-galeri, atau art shop di kawasan pariwisata. Sepinya tamu, menyisakan hanya satu pilihan, pulang.
Azis dan Mahzan Syaro'ir, S.Pd., mulai menginisiasi  Serunih Studio. Mahzan yang kini menjadi kurator, aktif pula menjadi pengajar di berbagai workshop melukis di akun sosial media bernama sama, memiliki misi membuka galeri. Misi yang kemudian disambut Irawan Sakti -- yang kerap disapa Iwan saja, owner dari Seruni Coffee (Seco). Satu lantai dari cafenya disulap menjadi area galeri, dan menyepakati tajuk 'Rangkula'.
"Rangkula adalah tajuk yang kami ambil dalam opening ini yang berarti merangkul, dengan harapan pesan yang ingin kami sampaikan dapat tersampaikan dengan baik yaitu merangkul teman-teman seniman," urainya saat ditemui KOLOM di technical meeting petang tadi.
Masih menurut Iwan, Seco sendiri dari awal berkomitmen untuk mendukung teman2 yang bergerak di bidang industri kreatif, kebetulan saya bertemu dengan serunih studio yang memiliki visi yang sama dengan saya yaitu untuk mengembangkan industri kreatif di Lombok Timur, khususnya mewadahi teman-teman seniman dalam mendapatkan apresiator.
Misi yang disepakati dua pelukis dari total enam pelukis dari komunitas Seni Waktu, S. Apriadi (Mamiq Adi) dan Maimanah Amini. Mamiq Adi tak menunda menyambut tawaran dari Serunih Gallery. Menurutnya, kehadiran galeri akan membantu para pelukis dan memiliki barometer harga dari setiap hasil karya mereka. Terpisah, Maimanah Amini, berharap galeri dengan berbagai event yang berkolaborasi dengan berbagai komunitas (termasuk KOLOM), membuka peluang pasar jauh lebih luas.
Lalu M. Agus N., Ketua Komunitas Seni Waktu, sangat antusias dengan ajakan Serunih Studi dan Seruni Coffee. Ia merasa ini langkah yang sangat berani, "Langkah yang berdampak besar untu produktivitas dan eksistensi para seniman. Sekaligus membuka fakta, Lombok memiliki banyak seniman dengan kualitas yang tak kalah dari daerah lainnya."