Mohon tunggu...
Kompasianer Jogja (KJOG)
Kompasianer Jogja (KJOG) Mohon Tunggu... Penulis - Komunitas Blogger Jogjakarta (dan sekitarnya) yang menulis di Kompasiana

Kompasianer Jogja (KJOG) adalah Komunitas Blogger Jogjakarta (dan sekitarnya) yang menulis di Kompasiana. KJOG terbuka bagi blogger Kompasiana asal Jogja (diaspora) atau yang memiliki kecintaan pada Jogja.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Sound of Borobudur: Membunyikan Kembali Musik Borobudur

1 Juli 2021   16:55 Diperbarui: 2 Juli 2021   10:34 1016
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Reinterprestasi alat musik yang ada di relief-relief candi Borobudur (sumber: Sound of Borobudur)

"Musik adalah bahasa universal umat manusia"-Henry Wadsworth Longfellow.

Tak menafikkan pernyataan kalimat tersebut, terbukti bahwa sebelas negara 'menjawab' kiriman video klip Sound of Borobudur. Mereka merespon, menjawab 'panggilan' Borobudur dengan mengirimkan dokumen audio dan video bermain alat musik.

Kesebelas negara tersebut antara lain: Taiwan, Spanyol, USA, Filipina, China, Jepang, Laos, dan Myanmar. Ada yang memainkan alat musik petik, alat musik tabuh dan alat musik tiup. Bak grup orkestra yang sudah sering berlatih, harmoni terbentuk begitu indah meskipun jarak memisahkan dan pertemuan baru seumur jagung.

Bermain musik bersama ternyata merupakan peninggalan leluhur berabad-abad yang silam---abad 8. Terekam rapi di dalam lukisan berbentuk relief di Candi Borobudur. Candi Borobudur, salah satu keajaiban dunia yang menyimpan 1.460 relief. Banyak relief yang menggambarkan suatu ansambel musik yang bermain bersama dalam satu panel. Dan terpahat 44 jenis alat musik dalam panel-panel relief candi.

Upaya Menghidupkan Kembali Jejak Persaudaraan Lintas Negara

Reinterprestasi alat musik yang ada di relief-relief candi Borobudur (sumber: Sound of Borobudur)
Reinterprestasi alat musik yang ada di relief-relief candi Borobudur (sumber: Sound of Borobudur)
Bukanlah perjalanan singkat dan sesuatu yang instan untuk mencapai puncak. Ungkapan tersebut tampak pas bagi sekumpulan musisi yang bermimpi dan bercita-cita membunyikan benda mati. Permulaan bagus telah dicapai. Artefak fisik yang sunyi, telah berbunyi. Menjelma menjadi Sound of Borobudur.

Dimulai dari dua panel relief pada kisah "Mahakarmawibhangga" yang terletak pada teras pertama Candi Borobudur. Kisah tentang "hukum sebab-akibat". Relief yang melukiskan gambaran kehidupan sehari-hari masyarakat Jawa Kuno pada abad 9 -- 10.

Relief tersebut juga melukiskan berbagai instrumen musik (Warditra). Berdasarkan kategori umum instrumen musik, yang terdiri atas empat jenis: idiophone, membranphone, chordophone dan aerophone.

Berproses sejak dari tahun 2017--2019, Sound of Borobudur telah berhasil melakukan rekontruksi alat musik sebanyak 18 instrumen dawai dari kayu, 5 instrumen berbahan gerabah dan satu buah instrumen idiophone yang terbuat dari besi. Bermodal alat musik tersebut, Sound of Borobudur membuat video klip. Yang mana video klip tersebut menjadi alat 'panggil' dari Borobudur untuk seluruh penjuru dunia.

Satu pekan berlalu, sejak alat panggil dari Borobudur disebarkan ke seluruh penjuru dunia. Di luar dugaan, 11 negara menjawab panggilan Borobudur! Tanpa memandang warna kulit, ras, suku, budaya dan bahkan bahasa, mereka bermain musik bersama menciptakan harmoni dalam musik ansambel.

Seperti yang terlukis pada relief Candi Borobudur. Meskipun mungkin dirasa belum sempurna. Namun, suatu saat cita-cita itu akan terwujud dan Borobudur akan berbunyi seperti tiga belas abad yang lalu.

Langkah Konkrit Bersama

24 Juni 2021, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) bekerjasama dengan Yayasan Padma Sada Svargantara sebagai inisiator Sound of Borobudur Movement dan Kompas Group menggelar Konferensi Internasional Sound of Borobudur "Music Over Nations: Menggali Jejak Persaudaraan Lintas Bangsa Melalui Musik" di Magelang, Jawa Tengah. Kegiatan tersebut merupakan salah satu rangkaian kegiatan konferensi internasional lima destinasi super prioritas Kemenparekraf.

Konferensi yang bertujuan untuk menemukan rumusan bersama secara ilmiah dan inovatif tersebut menghadirkan para pakar dalam bidang musik, etnomusikologi, cagar budaya tak benda, pariwisata dan seni budaya.

Hadir pula sebagai pembicara ahli dari akademisi dan birokrat yang mengusai tentang industri kreatif seni musik serta ekonomi kreatif, asosiasi pariwisata, dan praktisi seni budaya berpengalaman.

Menteri Kemenparekraf Sandiaga Salahuddin Uno mengatakan, "Ini saat yang tepat untuk menggali sumber pengetahuan dari Candi Borobudur yang menggaungkan nilai-nilai universal yang terdapat pada reliefnya. Ternyata, nilai toleransi, menghargai keberagaman, persahabatan antarbangsa telah dijunjung leluhur kita. Kita perlu belajar dari sini."

Sambutan Sandiaga Uno di International Conference Sound of Borobudur (sumber: Tribun Jogja)
Sambutan Sandiaga Uno di International Conference Sound of Borobudur (sumber: Tribun Jogja)
"Konferensi Internasional Sound of Borobudur dapat menjadikan Indonesia tidak hanya sebagai pusat musik dunia, tetapi juga pusat tradisi dunia. Tebarkan semangat harapan agar kita mampu bangkit pada saat sulit, menang melawan Covid-19," pungkas Sandiaga.

Komitmen dari Sound of Borobudur adalah memberikan rasa percaya diri kepada para pelaku pariwisata di Wonderful Indonesia. Upaya itu penting, agar dapat membangkitkan kembali kegiatan pertemuan insentif, konvensi, dan pameran atau MICE. Terutama di lima destinasi wisata super prioritas---Danau Toba, Candi Borobudur, Mandalika, Likupang, dan Labuan Bajo.

Borobudur Sebagai Catatan Kehidupan Musik dan Budaya

Reinterprestasi instrumen golongan Chordophone dari relief Gandawyuha (sumber: Sound of Borobudur)
Reinterprestasi instrumen golongan Chordophone dari relief Gandawyuha (sumber: Sound of Borobudur)
Empat puluh empat panel relief tentang alat musik terukir di Candi Borobudur, dengan rincian yaitu: sepuluh panel di relief Karmawibhangga, tiga panel di Laitavistara, tujuh belas panel pada relief Jataka-Awadana, dan empat belas panel pada relief Gandawyuha.

Secara etnomusikologi, instrumen musik dikatakan serumpun apabila terdapat kemiripan dalam nama bentuk (organologi), fungsi, teknik, ataupun tangga nada. Contohnya pada instrumen petik Kecapi di Kalimantan Tengah, Kacaping di Makasar, Hasapi di Batak, Kudyapi di Filipina.

Profesor Emerita Margaret Kartomi AM, FAHA, Dr. Phil, Guru Besar di Sir Zelman Cowen School of Music and Performance, Monash University, Australia mengatakan bahwa, "Relief yang tergambar dalam Candi Borobudur merupakan bukti budaya musik maju di Jawa pada abad 8 -- 9".

Tak hanya di Jawa, beberapa pulau di Indonesia, seperti Sumatera dan Kalimantan juga mengalami hal yang sama, terbukti dari penemuan-penemuan bukti sejarah fisik.

Pada zaman dulu, orang Indonesia membangun kapal dari yang berukuran besar hingga yang berukuran kecil sebagai moda transportasi berdagang melalui jalur air. Baik melalui jalur laut, ataupun melalui jalur sungai. Dalam peristiwa tersebut terjadi persebaran dan pertukaran budaya. Tak khayal jika alat musik yang tergambar pada relief-relief candi Boroubudur dapat tersebar hingga negara Cina, Jepang, Laos, dsb.

Saling Menghidupkan

Foto bersama di pembukaan International Conference Sound of Borobudur (sumber: Wartakotalive)
Foto bersama di pembukaan International Conference Sound of Borobudur (sumber: Wartakotalive)
Sound of Borobudur merupakan upaya anak bangsa untuk mengenali peradaban di masa lampau, di mana budaya dan ilmu pengetahuan di-reinterpretasikan melalui seni. Hal ini diharapkan menjadi pemantik semangat agar masyarakat semakin mencintai bangsanya.

Kita patut berbangga menjadi pewaris kekayaan yang tak ternilai harganya. Baik itu nilai tatanan diri, kemasyarakatan, kenegaraan dan tatanan untuk pengelolaan alam secara seimbang. Kita wajib untuk menjaganya, melestarikan dan mengembangkannya. Agar semakin dapat memberi nilai kemanfaatan bagi masyarakat, bangsa, bahkan dunia.

Tak hanya Kemenparekraf dan Yayasan Padma Sada Svargantara yang harus bekerja dan bertanggungjawab menjadi pewaris tunggal.

Dikutip dari tulisan Trie Utami di soundofborobudur.org, "Semua komponen masyarakat harus bekerja dan bergerak dalam irama yang sama, mengintegrasikan diri dan saling mendukung dengan satu kesadaran: gotong royong untuk mendorong terjadinya perubahan pembangunan ke arah yang tepat."

Pengampu Utama Yayasan Padma Sada Svargantara, Purwa Tjaraka berharap, "Kita akan merangkai kembali keterhubungan antarbangsa melalui alat musik yang terpahat di relief Candi Borobudur dengan dukungan semua pihak. Sekali lagi, kita kerjakan warisan yang tak ternilai harganya untuk bangsa dan negara."

Cita-cita yang mustahil jika diupayakan bersama akan menjadi mungkin. Dengan bekerja bersama saling bahu-membahu, hal yang mungkin akan terwujud menjadi kenyataan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun