Selama ini, Tutut konsisten menyuarakan keresahannya di platform Kompasiana tentang sampah dan kompos. Untuk meminimalisasi volume sampah, Tutut tidak lagi membuang sampah sisa makanan ke tong sampah yang hanya berakhir di TPU.Â
"Semua sampah organik aku masukkan ke wadah komposter untuk kemudian dicampurkan dengan daun-daun kering, cocopeat, dan tanah.
Hasil dari mengompos dijadikan campuran untuk tanaman buah dan sayur saya di pekarangan rumah" ujar Tutut.
"Percayalah, tidak ada kompos yang gagal. Yang ada hanya manusia gagal karena terlalu cepat menyerah," lanjutnya.
Keresahan Tutut akan lingkungan menjadikannya konsisten untuk terus menulis dan bercerita. Itulah salah satu tips Tutut agar tidak mengalami writer's block.
"Luangkan waktu, punya target. Cari kesukaan kita di mana," tutupnya.
Aksi Tutut dalam melestarikan lingkungan sejalan dengan tujuan Kompasiana yang ingin mendorong pembangunan berkelanjutan untuk hidup yang lebih lestari. Saat ini, Kompasiana mempunyai sebuah program bernama Game Changer.
Game Changer adalah aksi kolaboratif Kompasiana dengan Kompasianer dan Komunitas dalam merealisasikan ide dan gagasan melalui pembuatan konten dan gerakan nyata pada sektor pendidikan, lingkungan, kesehatan, ekonomi mikro, dan energi terbarukan.
Aksi ini merupakan bagian dari gagasan besar KG Media dalam program Lestari, sebuah komitmen berkelanjutan yang berisi serangkaian aksi nyata dalam mendukung akselerasi 17 agenda Tujuan Pembangunan Berkelanjutan, melalui media-media yang tergabung di jaringan KG Media.
Setiap individu dan kelompok yang ada di Kompasiana dan elemen masyarakat lainnya juga dapat ikut serta dalam misi ini melalui pembuatan cerita dan aksi nyata.
Edisi pertama Game Changer mengusung #SemuaBisaBelajar, sebuah kampanye sosial yang mengangkat isu "aksesibilitas pendidikan di Indonesia" . Dalam edisi pertama ini, kita bisa ikut berkontribusi mewujudkan #SemuaBisaBelajar dengan berdonasi untuk Taman Baca Pinjam Pustaka di Sorong. Klik di sini untuk berdonasi.Â