Mendapatkan akses pendidikan yang layak telah menjadi prioritas nasional. Namun, kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa akses pendidikan belum merata, terutama di daerah-daerah terpencil.
Tantangan geografis dan keterbatasan infrastruktur sulit dipungkiri bahwa itu menjadi faktor hambatan untuk merasakan pendidikan yang memadai. Daerah terpencil di Indonesia umumnya memiliki kondisi geografis yang sulit dijangkau. Akses transportasi pun menjadi terbatas. Kerap kali anak-anak yang tinggal di daerah tersebut harus menempuh jalan jauh dan berliku demi mendapat pendidikan.
Selain itu, infrastruktur penunjang belajar pun sering kali tidak memadai, dengan bangunan yang rusak, kekurangan fasilitas dasar, dan minimnya sumber belajar.
Baca Juga: Bisa Nggak Ya Pendidikan Nonformal Jadi Harapan Baru Pendidikan?
Kondisi tersebut diperburuk oleh keterbatasan akses teknologi dan internet, yang sekaligus semakin memperlebar kesenjangan pendidikan antara daerah terpencil dan perkotaan.
Hal-hal seperti demikian diamini oleh Kompasianer Halimah Maysaroh ketika Kompasiana mewawancarainya beberapa waktu lalu. Dia mengaku, di beberapa daerah harus mengalami kondisi tidak mudahnya dalam hal mengakses pendidikan.
Kompasianer Halimah yang berprofesi sebagai seorang guru di Pulau Buru, Maluku, Ambon mengatakan bahwa kondisi anak-anak di daerah pesisir perlu mendapatkan perhatian. Sulitnya menjangkau sekolah karena keterbatasan infrastruktur seperti medan jalan yang tidak bersahabat hingga belum meratanya sekolah hingga pelosok menjadi permasalahan mendasar.
Pengalamannya mengajar sebuah sekolah di sana, dia harus menggunakan perahu untuk menyeberang 1 hingga 2 jam perjalanan. Atau di lokasi lainnya, dia harus menggunakan sepeda motor selama 5-6 jam perjalanan, naik turun gunung.
Kemudian ketersediaan listrik dan internet yang belum memadai turut memperburuk situasi. Listrik yang tidak merata dan internet yang belum memadai membuat proses belajar mengajar membutuhkan upaya lebih.
Sebagai contoh, anak-anak di sana pernah harus menyeberangi lautan selama satu jam untuk mendapatkan akses internet dan harus menumpang di rumah warga setempat untuk menjalani ujian.