Mohon tunggu...
Kompasiana News
Kompasiana News Mohon Tunggu... Editor - Akun ini merupakan resmi milik Kompasiana: Kompasiana News

Akun ini merupakan resmi milik Kompasiana. Kompasiana News digunakan untuk mempublikasikan artikel-artikel hasil kurasi, rilis resmi, serta laporan warga melalui fitur K-Report (flash news).

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Dayu Rifanto, Jendela Buku bagi Anak-anak

7 Juli 2024   10:23 Diperbarui: 27 Agustus 2024   17:40 1328
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Taman baca masyarakat dapat menjadi ruang belajar dan persentuhan anak-anak pada buku bacaan. Di Sorong, anak-anak ramai datang ke taman baca. Pendidikan nonformal atau pendidikan masyarakat menjadi penting dan perlu diperkuat agar semakin banyak anak-anak mendapatkan ruang belajar yang fleksibel dan akses bacaan yang dapat mendukung pendidikannya.

Di Sorong, Papua Barat Daya, masih menghadapi berbagai tantangan dalam sektor pendidikan. Meskipun pemerintah telah melakukan berbagai upaya, kondisi pendidikan di wilayah ini tetap memiliki problem tersendiri.

Jika melihat secara lebih luas, menurut statistik anak putus sekolah di empat provinsi baru di wilayah Papua mencapai 314.606 jiwa. Data ini berdasarkan kajian oleh peneliti dari Universitas Papua, sebagaimana dikutip dari KOMPAS.id.

Dukung Kompasianer Dayu Rifanto mengumpulkan buku bacaan anak-anak di Sorong, Papua Barat Daya di sini.

Misalnya, Papua Tengah menjadi daerah otonom baru dengan jumlah anak yang tidak sekolah tertinggi apabila dibandingkan dengan tiga provinsi baru lainnya, yakni 95.380 orang.

Adapun jumlah anak tidak sekolah di Papua Pegunungan mencapai 95.022 orang dan Papua Selatan 92.988. Sementara jumlah anak yang tidak bersekolah di Papua Barat Daya sebanyak 31.216 orang.

Selain persoalan akses pendidikan, keterbatasan ekonomi menyebabkan masyarakat kesulitan untuk menyekolahkan anak mereka. 

Itu sebabnya bagi masyarakat golongan menengah ke bawah pendidikan menjadi hal musykil diraih bagi mereka. Mengacu ke data dari peneliti Universitas Papua, tak sedikit anak-anak (Papua) putus sekolah atau setidaknya tidak bersekolah.

Lain lagi dengan kualitas pendidikan yang perlu menjadi perhatian. Persoalan guru berkualitas dan kesejahteraannya, kualitas sekolah yang tidak merata menjadi tantangan tersendiri.

"Di pertengahan tahun lalu misalnya, ada persoalan 5 bulan gaji guru PPPK yang belum dibayarkan. Juga persoalan guru yang tidak menunaikan tugasnya," kata Dayu.

Masalah literasi juga masih menjadi pekerjaan rumah bagi Papua. Misalnya menggunakan indeks aktivitas literasi membaca pada tahun 2019 (Indeks Alibaca), yang menyatakan bahwa Provinsi Papua dan Papua Barat berada pada urutan terbawah dari survei tersebut, yang mengukur aktivitas literasi membaca di masyarakat dari 34 provinsi di Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun