Kompasianer Nara mengatakan bahwa hal tersebut tak terlepas dari meningkatnya aktivitas masyarakat terkait makanan dan wadahnya. Dengan bertambahnya pedagang selama bulan Ramadan, maka meningkat pula jumlah makanan yang ada.
"Karena saat bulan puasa banyak yang berjualan. Dari yang biasanya tidak berjualan, pas bulan puasa dia jadi jualan. Otomatis makanannya bertambah banyak, sampahnya juga jadi banyak. Belum kalau ada acara-acara bukber, semuanya pasti kan butuh plastik untuk wadahnya," kata Kompasianer Nara.
Demi menekan atau mengurangi jumlah sampah, terutama sampah rumah tangga, masyarakat tidak bisa mengandalkan para pengambil sampah semata. Sebab para pengambil sampah lebih memilih sampah yang hanya bisa didaur ulang, atau bisa dimanfaatkan kembali.
"Retribusi pengambilan sampah di perumahan warga jumlahnya kurang sesuai, maka pengambil sampang sering mengambil sampah yang hanya bisa didaur ulang. Tujuannya untuk menambah penghasilan," katanya.
Kendati begitu, dikatakan Kompasianer Nara, masyarakat bisa ikut berperan untuk mengurangi beban lingkungan satu ini, yakni dengan memiliki komposter.
Komposter merupakan untuk membuang sampah organik agar terdekomposisi. Dengan komposter, sampah organik tidak lagi dibuang dan bisa dimanfaatkan sendiri sebagai pupuk organik setelah terdekomposisi sesuai kaidah dekomposisi.
Dengan adanya komposter ini kita bisa menahan untuk membuang sampah hingga bertahun-tahun lamanya.
Mengutip apa yang sudah ditulis Kompasianer Nara, "Dua kunci dekomposisi pengolahan sampah organik adalah wadah dan mikrobanya. Proses komposter dan dekomposisi yang benar akan menghasilkan cairan yang bisa dijadikan pupuk juga."
Nah, Kompasianer bagaimana dengan kamu sendiri dan lingkunganmu? Sudahkah bijak memilah dan mengelola sampah dengan baik?
Kebetulan, Kompasianer Nara ingin mengajak dan menantang kamu untuk berbagi pengalaman dan tips terkait hal ini di Kompasiana. Mulai dari bagaimana kamu menghitung sampah di rumahmu, memilahnya, dan mengelolanya, hingga bagaimana kamu menyisihkan barang-barang tak terpakai di rumah.
Selain itu, diajak untuk berbagi pengalaman dan memberikan tips bagaimana kamu mengedukasi anggota keluarga untuk tertib mengelola sampah di rumah.