Mohon tunggu...
Kompasiana News
Kompasiana News Mohon Tunggu... Editor - Akun ini merupakan resmi milik Kompasiana: Kompasiana News

Akun ini merupakan resmi milik Kompasiana. Kompasiana News digunakan untuk mempublikasikan artikel-artikel hasil kurasi, rilis resmi, serta laporan warga melalui fitur K-Report (flash news).

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Simak! Ini Tips dari Dr. Meldy untuk Lansia yang Ingin Berpuasa

5 Maret 2024   22:53 Diperbarui: 6 Maret 2024   14:00 922
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kompasianer, dalam usia yang tidak muda lagi, adakah kendala yang kerap kamu alami saat menjalani ibadah puasa? Apakah kamu kebingungan mengatur waktu minum obat yang berubah saat bulan puasa? Lalu bagaimana caranya kamu beradaptasi?

Kompasiana kali ini berkolaborasi dengan seorang Kompasianer yang memiliki spesialisasi kesehatan penyakit dalam yang berfokus pada lansia, dr. Meldy Muzada Elfa Sp. PD, FINASIM, dalam program "Topik Pilihan Kolaborasi Ramadan Bareng Pakar".

Ramadan Bareng Pakar adalah program kolaborasi dengan Kompasianer pakar. Di sini, kamu bisa berkonsultasi ke pakar melalui fitur "Tanya Pakar" dan mengikuti tantangan menulis tentang isu yang diangkat oleh pakar melalui "Topik Pilihan Kolaborasi" ini.

Menurut Badan Kesehatan Dunia atau WHO, seseorang dikatakan lansia adalah bila berada di atas usia 60 tahun.

WHO juga mengelompokkan lansia berdasarkan tiga kelompok. Pertama, usia lanjut yang berusia 60 hingga 74 tahun. Kedua, usia tua yang berusia 75 hingga 90 tahun. Dan ketiga usia sangat tua atau berusia di atas 90 tahun.

dr. Meldy mengatakan problem lansia yang sering dialami saat berpuasa adalah pola makan. Sebab lansia kalau berbuka puasa terlalu banyak justru akan membuat gangguan pencernaan.

"Saya nanti akan berikan masukan mengenai diet yang tepat untuk lansia, seperti menu sahur dan berbuka. Karena lansia berbeda dengan kita. Saya juga akan memberikan beberapa rekomendasi bagaimana meminum obat-obatan darurat tanpa harus membatalkan puasa." katanya.

Kemudian dr. Meldy memberikan beberapa tips untuk kita agar saat menjalani saat puasa tidak mudah merasa haus.

Pertama, disarankan olehnya, tidak mengonsumsi makanan atau minuman yang mengandung kafein saat sahur.

"Kafein itu sifatnya diuretic. Diuretic itu artinya mengeluarkan cairan, sehingga jika kita sahur minum kopi, misalnya, maka jam 9 atau jam 10 pagi kita akan sering kencing. Nah, kalau kita sering kencing itu akan menyebabkan cairan (dalam tubuh) itu akan cepat berkurang," ungkapnya.

Karena itu ia menyarankan untuk kita mengonsumsi makanan yang mengandung tinggi cairan, seperti buah semangka atau melon saat menutup sahur.

Bahkan, dikatakannya, mengonsumsi buah-buahan saat menutup sahur lebih baik, ketimbang hanya meminum air putih dalam jumlah banyak.

"Kalau minum air putih terlalu banyak tubuh akan menganggap kelebihan cairan, jadi dia akan membuang cairan itu lebih banyak, kita akan banyak kencing juga. Tapi kalau buah-buahan itu dia tertahan dulu di saluran cerna dan diserap. Sehingga kadar cairan di dalam tubuh itu akan bertahan dengan baik. " jelasnya.

Selain soal makanan, dr. Meldy juga bisa menyarankan ketika beraktivitas di luar ruangan sebisa mungkin menggunakan pelindung yang menghalangi paparan langsung sinar matahari, seperti payung atau sunscreen.

Selain soal sahur, pembahasan mengenai berbuka puasa juga tak kalah penting, terutama terkait anggapan mengenai berbuka dengan yang manis.

dr. Meldy meluruskan anggapan tersebut. Dijelaskannya, berbuka dengan yang manis itu adalah dengan mengonsumsi makanan dengan tinggi kalori, bukan dengan tinggi gula.

Menurutnya, prinsip dari ilmu kedokteran adalah ketika menjelang berbuka puasa umumnya gula darah seseorang mulai mengalami penurunan, terlebih setelah aktivitas seharian.

Karenanya, ketika berbuka puasa dianjurkan untuk mengonsumsi makanan yang memiliki kandungan-kandungan berkalori.

Tujuannya tak lain adalah kembali memenuhi kebutuhan kalori bagi tubuh.

"Jadi inti prinsip berbuka dengan yang manis itu bukan dengan makanan yang manis-manis, tetapi intinya adalah makanan yang sederhana, kalori cukup baik, meresap dengan baik, sehingga nanti mengembalikan kalori dengan cepat. Jadi jangan disalahartikan dengan yang tinggi gula," ungkapnya.

Yang kerap dialami banyak orang yang berbuka puasa adalah mengantuk sesaat setelah berbuka.

Menurut dr. Meldy hal tersebut ditengarai lantaran seseorang terlalu banyak makan. Sehingga pencernaan menjadi terkejut.

Pasalnya, ketika terlalu banyak makanan yang masuk pencernaan membutuhkan lebih banyak darah untuk mencerna makanan. Sehingga darah yang sampai pada ke otak menjadi berkurang. Akibatnya dia menjadi mengantuk.

"Jadi, buka puasa dengan secukupnya. Kemudian lanjutkan salat Magrib, baru makan. Itu yang bagus," sebutnya.

Nah, Kompasianer apakah di antara kamu ada yang mengalami hal serupa? Atau kamu punya persoalan lain?

Kalau begitu, kamu harus ikutan nih program "Topik Pilihan Kolaborasi Ramadan Bareng Pakar". Soalnya, dr. Meldy ingin mengajak dan menantang kamu berbagi pengalaman dan tips seputar hal ini.

Selain itu, kamu juga bisa lho konsultasi ke Kompasianer dr. Meldy Muzada Elfa.

Gimana caranya?

Sabar dulu... Kepoin terus Kompasiana untuk tahu info selanjutnya, ya!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun