Kompasianer menurutmu apa yang kita bisa lakukan untuk pemajuan pariwisata berkelanjutan? Dari mana kita harus memulainya? Dan sejauh mana masyarakat lokal dapat berkontribusi?
Kompasiana baru-baru ini berbincang mengenai pariwisata berkelanjutan dengan Kompasianer Yustisia Kristiana. Dia adalah seorang dosen sekaligus praktisi pariwisata.
Yustisia Kristiana merupakan Ketua Program Studi Usaha Perjalanan Wisata dan Pariwisata Universitas Pelita Harapan. Dia mengajar mata kuliah Ekowisata, Manajemen Sumber Daya Manusia, Manajemen Jasa, Pengantar Pariwisata, serta Perencanaan dan Pengembangan Pariwisata Berkelanjutan.
Yustisia mempunyai pengalaman mengajar yang cukup lama. Diungkapkannya dia sudah mengajar selama 18 tahun, mesk agak malu-malu dia memberitahunya.
Selain itu, ia telah menerbitkan berbagai publikasi karya ilmiah, mulai dari pendidikan, konsep, hingga analisis mengenai pariwisata.
Tak ketinggalan, dia juga menghasilkan sebuah karya buku berjudul Buku Ajar Studi Ekowisata.
Yustisia Kristiana menempuh pendidikan Manajemen Kepariwisataan di Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung, lalu melanjutkan pada program Magister Manajemen di Universitas Pelita Harapan, dan saat ini sedang menyelesaikan studi Doktoral.
Kami memaknai perbincangan tersebut dengan "kuliah" 2 SKS, atau 3 SKS. Entahlah, tapi yang jelas dalam kuliah tersebut kami berbincang soal pariwisata dari sisi yang lain. Seperti pendidikan pariwisata, salah satunya.
Sekolah Pariwisata Setelah Pandemi Covid-19
Pandemi rupanya bukan saja menghantam sektor pariwisata secara komersial, melainkan minat pendidikan terhadap bidang tersebut turut terdampak.
Diakui Yustisia, sejak pandemi jumlah minat mahasiswa yang ingin menempuh dunia pendidikan pariwisata jauh berkurang, dan hingga hari ini belum kembali seperti sebelum pandemi.