Dalam pariwisata berkelanjutan juga memiliki prinsip, yakni pelestarian budaya, pelestarian lingkungan, manfaat ekonomi, dan tata kelola.
Pelestarian budaya menjadi penting untuk dikedepankan untuk mewujudkan pemajuan pariwisata berkelanjutan. Sebab, dalam pelestarian budaya terdapat beragam elemen penting identitas bangsa, ekonomi, dan kreativitas.
Pun pelestarian lingkungan. Pasalnya, lingkungan merupakan sumber daya alam yang menjadi daya tarik wisata, serta memiliki peran dalam menjaga keseimbangan ekologi dan keanekaragaman hayati.
Dengan mengedepankan dua hal tersebut ditambah dengan tata kelola yang baik, maka pada akhirnya masyarakat lokal lah yang akan merasakan manfaat ekonominya.
"Supaya orang tidak cuma viral saja. Sekilas saja orang datang, karena tidak dikelola dengan baik. Datang sesaat, pindah lagi ke tempat lain. Viral lagi hilang lagi. Harapannya tidak seperti itu."
Kendati begitu, dikatakan Yustisia, untuk mewujudkan itu semua bukanlah hal mudah. Sebab, pariwisata berkelanjutan bersifat jangka yang sangat panjang.
"Bicara mengenai berkelanjutan ini memang bukan sesuatu yang mudah dan jangka panjang sekali. Dalam lima tahun Indonesia sudah menjadi negara yang mengusung destinasi pariwisata berkelanjutan dan itu tidak cukup. Karena pariwisata itu tidak bisa berdiri sendiri, ada sektor-sektor lain yang beririsan, misalnya dengan perhubungan, dengan lingkungan hidup dan lain-lain. Jadi kalau kita mau bilang berkelanjutan itu sebenarnya yang kena bukan hanya pariwisata," paparnya.
Selain itu keterlibatan masyarakat lokal juga sangat penting untuk pemajuan pariwisata berkelanjutan. Bagaimanapun masyarakat lokal memiliki hak atas tanahnya yang dijadikan destinasi wisata dan tidak boleh hanya menjadi penonton.
Melibatkan juga berarti masyarakat perlu mendapat edukasi, terutama dalam mengembangkan potensi-potensi yang dapat memberikan manfaat ekonomi dari diri dan tempatnya berasal.
"Dari pengalaman saya pergi ke berbagai tempat, masyarakat memiliki keinginan yang besar untuk mengembangkan daerahnya. Namun permasalahannya adalah bagaimana mereka mengelola dan memasarkan. Karena banyak yang serupa yang ditawarkan. Yang di sini menawarkan ini, yang di sana juga menawarkan yang sama. Nah itu kan mereka perlu dibantu dan didampingi untuk membuat atau mengembangkan produk yang memiliki keunikan," paparnya.
Desa Nglanggeran di Yogyakarta yang dikelola oleh Sugeng Handoko bisa menjadi contoh praktik baik.