Kompasiana sudah 15 tahun, adakah doa maupun harapanmu untuk Kompasiana?
Jika tidak bisa dibilang matang karena usia, setidaknya Kompasiana telah hadir selama 15 tahun: dari menemani hingga tempat mencurahkan segala cerita.
Kita mungkin sekali waktu sempat rehat sejenak dari Kompasiana, lalu kembali karena rindu: ada cerita penting yang ingin dibagikan sampai interaksi sesama Kompasianer dengan penuh kehangatan.
Pada akhirnya setiap momen yang telah dilalui jadi indah untuk dikenang dan manis untuk diceritakan.
Kami coba rangkum beberapa cerita Kompasianer tentang Kompasiana pada perayaan tahun ini!
1. Ngeblog, Kompasiana, dan Saya
Ketika itu Kompasianer Hennie Triana menemukan sebuah kisah perjalanan dari di rubrik kesehatan KOMPAS.COM tentang kisah para perantau dari berbagai penjuru dunia.
"Awalnya, saya hanya menjadi pembaca, sesekali menyapa dan meninggalkan komentar. Lama-kelamaan saya mencoba mengirim tulisan ke redaksi," tulisnya.
Kemudian pada 2008 Kompasiana lahir. Sayangnya keinginan menulis hilang sampai pada satu ketika pada 03 Februari 2011 saat masih di Beijing.
"Perjalanan menulis tidak selalu lancar. Saya istirahat menulis di Kompasiana selama 4 tahun," terusnya, menuliskan pengalaman kembali menulis di Kompasinaa. (Baca selengkapnya)
2. 15 Tahun Kompasiana dan Menjelang 2 Tahun Saya di Sana
Pertemanan yang terjalin di Kompasiana paling berharga adalah berbagi pikiran dan pengalaman melalui tulisan.
"Secara resmi saya mulai menjadi anggota Kompasiana tanggal 09 Januari 2022. Lima hari saya dirundung malu-malu untuk mengunggah tulisan," tulis Kompasianer Yamin Mohamad
Namun, cerita dari Kompasianer Yamin Mohamad juga menarik: setelah tulisan pertama ditayangkan, justru muncul pertanyaan dalam dirinya "apakah ini akan jadi perjalanan panjang?"
Namun satu hal yang membuat Kompasianer merasa sama dan sejajar, sama-sama senang menulis. Hal yang sulit ditemukan di dunia nyata. (Baca selengkapnya)
3. Perjalanan 15 Tahun Kompasiana: Ruang Positif untuk Berbagi dan Berkolaborasi
Ada 3 hal yang membuat Kompasianer Maheng rasakan ketika menulis di Kompasiana: pengalaman, inspirasi, dan harapan.
Lebih dari itu, setiap kali Kompasianer Maheng menulis maka secara langsung melakukan self-therapy dan metode yang efektif untuk mengikat ingatan.
"Saya bukan penulis terbaik, tetapi yang terbaik buat saya adalah menulis," tulisnya
Jadi jelas, menulis bukan lagi sekadar mendapatkan penghargaan finansial, lanjutnya, tetapi juga untuk menyampaikan gagasan, inspirasi, dan cerita kepada orang lain. (Baca selengkapnya)
4. Kompasiana Punya Peran Sembuhkan Penyakit Anxiety Disorder Saya
Anxiety disorder sendiri adalah gangguan kesehatan mental yang menyebabkan rasa cemas dan takut berlebih. Â
Nah, bagi Kompasianer Sigit Eka Pribadi Kompasiana berperan penting dalam proses penyembuhan anxiety disorder yang dideritanya.
Itu dialaminya pasca sembuh dari covid-19. Dengan berobat ke dokter spesialis kejiwaan dan mendapat pengobatan intensif, lanjutnya, kini anxiety disorder mulai dapat disembuhkan.
"Dengan menulis dan berintetaksi di Kompasiana menjadi sarana healing yang bermanfaat bagi proses penyembuhan penyakit anxiety disorder saya," tulisnya, menceritakan pengalaman. (Baca selengkapnya)
***
Rasanya tidak berlebihan jika kompasiana telah menjadi user generated content platfrom berbasikan konten blog terbesar di indonesia, kawasan bahkan dunia! --tulis Nurulloh, dalam tulisannya, Lustrum Ketiga Kompasiana.
Jadi, apa cerita Kompasianer?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H