Mohon tunggu...
Kompasiana News
Kompasiana News Mohon Tunggu... Editor - Akun ini merupakan resmi milik Kompasiana: Kompasiana News

Akun ini merupakan resmi milik Kompasiana. Kompasiana News digunakan untuk mempublikasikan artikel-artikel hasil kurasi, rilis resmi, serta laporan warga melalui fitur K-Report (flash news).

Selanjutnya

Tutup

Parenting Artikel Utama

Fery Farhati dan Cita-cita Mengedukasi Orangtua Indonesia

8 Agustus 2023   18:14 Diperbarui: 9 Agustus 2023   00:25 1477
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar diolah Kompasiana dari Pexels

Susu formula adalah lain hal. dr. Utami Roesli, SpA.,MBA, FABM.,---dalam sebuah artikel di ANTARA--- mengatakan banyak orangtua, terlebih yang belum mendapat pengetahuan dasar tentang menyusui, memilih memberikan susu formula pada bayi agar kenyang dan pintar.

Padahal, susu formula dengan pemberian yang tidak tepat dapat menyebabkan risiko mencret, radang paru, radang telinga, alergi susu sapi, asma, dan masalah infeksi lain. Bahkan dapat pula meningkatkan risiko diabetes, kurang gizi, obesitas sebesar 40 persen, penyakit jantung koroner serta kanker pada anak.

Oleh karenanya, Kompasiana bertanya kepada Fery Farhati, bagaimana supaya seorang ibu dapat sukses menyusui anaknya hingga setidaknya 6 bulan pada masa ASI eksklusif?

Menurut Fery, sama seperti parenting yang tidak bisa dilakukan sendirian, menyusui juga membutuhkan dukungan/support system dari orang-orang di sekitar ibu. Keluarga, tetangga, tempat kerja, bahkan pemerintah.

Fery sempat mengenang momen setelah melahirkan anaknya di Amerika Serikat. Tahu-tahu ia mendapat kiriman sekotak newborn kit dengan ucapan selamat dari gubernur. "Saya tahu itu mungkin hanya print atau cap, tapi rasanya senang sekali. Seakan-akan mau bilang 'mari kita rawat anak ini dengan baik'," ungkap Fery.

Selain pemerintah, orang-orang di sekitar ibu juga perlu menyadari manfaat ASI untuk anak. Jangan sampai terulang peristiwa kakek/nenek yang memberikan air tajin karena ASI ibu dianggap tidak deras atau encer pasca persalinan.

"Itu kan pengetahuan. Kalau ibu dan keluarganya tahu kolostrum itu cukup menjadi makanan anak, kan tidak perlu panik," tambah Fery. "Jadi ngga butuh yang lainnya. Kalau dicampur yang lain, nanti ASI akan terintervensi."

Selain merawat kesehatan fisik dan mental ibu, perlu juga bantuan dari media untuk mempromosikan kebaikan ibu menyusui. "Misalnya anak Presiden Jokowi, bagus itu kan menyusui sendiri. Nah itu yang diangkat. Menjadi contoh untuk ibu-ibu lain."

Nah Kompasianer, bagaimana dengan lingkungan di sekitarmu? Apakah kamu memiliki support system yang baik selama menyusui?

Untuk bapak-bapak, kakek-nenek, tante-om, tenaga medis, dan penentu kebijakan publik, sudahkah selama ini kita mendukung ibu menyusui? Misalnya dengan membantu ibu menyusui menjaga kesehatan fisik/mentalnya, menyediakan ruang menyusui di tempat umum, atau apapun caramu untuk mendukungnya.

Pas banget, nih! Pada bulan peringatan Hari ASI Sedunia, Kompasiana berkolaborasi dengan Fery Farhati mau menantang kamu untuk menceritakan pengalaman, suka duka, kiat, dan berbagi cara bagaimana kita mendukung ibu menyusui.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun