Popularitas Rei di media sosial dimulai ketika pada tahun 2020 saat ia sudah bertugas sebagai asisten Peter Carey di Oxford University.
Saat itu Rei secara terbuka melakukan klarifikasi kepada pihak pers dan masyarakat atas kontroversi pencatutan nama Peter Carey dalam film dokumenter "Jejak Khilafah di Nusantara" (2020). Ia juga membeberkan hasil penelitiaannya bersama Peter Carey yang menyatakan bahwa hingga kini belum ditemukan bukti/arsip yang menunjukkan adanya hubungan historis antara kerajaan-kerajaan di Jawa dengan Kesultanan Ustmaniyah.
Atas pernyataan dan sikapnya itu, Rei mulai mendapat respons berupa serangan, apresiasi, hingga tuntutan netizen untuk mendiskusikannya lebih lanjut.
Respons ini adalah hal yang wajar. Rei menyadari bahwa sejarah tidak terbatas pada peristiwa, melainkan rangkaian peristiwa yang melatarbelakangi peristiwa tersebut. Demikian pula sejarah dapat pula dimaknai sebagai penyebab yang mengakibatkan fenomena masyarakat yang kita hadapi hari ini. Maka respons publik hari ini adalah hasil diskursus dari sejarah itu sendiri.
Tak hanya melulu obrolan akademis, Rei juga memiliki pengalaman unik saat berinteraksi dengan pembaca tulisannya.
"Pernah ada yang DM karena mungkin tahu saya peneliti sejarah, lalu meminta saya untuk mencarikan sejarah kakeknya," kata Rei, mengingat kejadian itu sambil tertawa. "Kakek saya tinggal di kota X. Bisa nggak, dicarikan sejarahnya?" lanjutnya lagi menirukan bunyi pesan dari pembaca artikelnya.
Tugas Sejarawan di Era Pascakebenaran
"Menjadi peneliti (sejarah) itu kerjaannya fun; nulis dan riset. Bisa dibilang kerjaan sejarawan itu seperti jurnalis," ungkap Kompasianer Christopher Reinhart.
Rei senang sekali pekerjaannya itu bisa membawanya pergi ke luar kota dan luar negeri, hingga bertemu orang baru. Ia bahkan kerap mendapatkan inspirasi bagi pengembangan Ilmu Sejarah di Indonesia!
Misalnya, seperti belum lama ini Christopher Reinhart baru saja pulang dari Koninklijke Bibliotheek (KB) perpustakaan nasional Belanda untuk mendigitalisasi arsip-arsip untuk mengidentifasi tulisan tangan menggunakan Artificial Intelligent (AI).
Ia berandai-andai apabila suatu hari nanti Indonesia memiliki semacam search engine serupa yang dapat membantu masyarakat untuk menemukan naskah tulisan tangan lama hanya dengan berbekal memasukkan kata kunci tertentu.
Tak hanya inpsirasi pengembangan, Rei juga pernah merefleksikan bagaimana cara masyarakat Indonesia berinteraksi dengan sejarah bangsanya. Ada dua kekhawatiran Rei mengenai hal ini.