Untuk mengawali hari, mari kita tanyakan pada diri kita, sudahkah kita bersyukur hari ini dan selama ini?
Tidak bermaksud mendramatisir, namun rasanya hari-hari ini syukur kita lebih mudah diucapkan ketimbang dirasakan, terlebih dijalani.
Karenanya, berikut konten-konten yang sekiranya bisa membuat kita memaknai kembali apa sebenarnya rasa syukur itu.
Berikut konten-konten menarik dan populer di Kompasiana:
Ada yang Salah dengan Cara Kita Bersyukur
Jika kita membandingkan keadaaan diri kita dengan orang lain untuk bersyukur atau mengucapkan terima kasih (dan pujian) kepada Tuhan, apakah rasa syukur itu sungguh ungkapan tulus, satu perasaan yang sungguh-sungguh muncul karena merasakan berkat dan kebaikan Tuhan? Atau, jangan-jangan itu hanya upaya menghibur diri karena merasa diri atau keadaan kita "lebih baik" dari orang lain? (Baca selengkapnya)
Mereka Terpaksa Puasa di Tanggal Tua, Teori Mengelola Uang Masih Berguna?
Bila ada kerabatnya yang memberikan "ceramah" tentang pentingnya menabung, mungkin mereka akan tersenyum, tapi senyuman pahit.
Menceramahinya untuk berhemat pun perlu hati-hati, bila pada kenyataaanya mereka hanya makan dua kali sehari dengan lauk tempe dan sayur. (Baca selengkapnya)
Curhatan Wong Cilik: Pandemi Berlalu Es Campur Bang Rusli Semakin Laku
Menurut penuturannya, ia baru dua tahun terakhir berjualan sendiri, setelah 11 tahun ia bekerja sebagai karyawan pada usaha yang sama milik orang lain.
Ia pun mulai berkisah tentang perjuangannya dalam membangun usaha sendiri. Liku-liku yang ditempuh begitu sulit.
"Saya bangun usaha ini hanya bermodal semangat aja sih bang, secara modal keuangan sangat minim, ditambah dengan gaji ditempat kerja saya yang lama pas-pasan," katanya lirih. (Baca selengkapnya)
Menduakan Pekerjaan, Alasan Gaji Kurang atau Kurang Bersyukur?
Bila tidak mampu mengatur waktu, lebih baik fokus pada pekerjaan utama. Jangan menoleh kiri kanan.
Dalam situasi sulit akibat pandemi Covid-19 yang membuat banyak orang mendadak kehilangan pekerjaan, kita harus lebih mensyukuri, menghargai, dan fokus menjalani pekerjaan yang sekarang. (Baca selengkapnya)
Menulis Jurnal untuk Kesehatan Jiwa
Menulis jurnal membuat kita mengeluarkan unek-unek, beban, pergumulan, perasaan tertekan, down, dan emosi-emosi negatif yang sedang kita alami.
Hal tersebut sangat berguna untuk melepaskan beban, tekanan, atau rasa sakit yang kita miliki. Menulis jurnal berguna untuk memperlambat ritme kita. (Baca selengkapnya)
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI