Mari perhatikan 7 etika berikut ini yang baik ketika kita akan mengajukan cuti. Jangan sampai cuti itu justru mencederai integritas anda sebagai seorang pekerja. (Baca selengkapnya)
2. Catat! 8 Alasan Sah untuk Izin Cuti Ketika Bekerja dari Rumah (WFH)
Saat Anda bekerja di lingkungan kantor - tatap muka, hampir semua hal yang menghalangi Anda untuk datang ke kantor secara fisik dapat menjadi alasan yang sah untuk izin tidak masuk kerja.
Tetapi ketika Anda bekerja dari rumah dan pergi ke kantor berarti berjalan menyusuri lorong ke kantor rumah Anda sendiri, ada jauh lebih sedikit alasan untuk cuti.
Baca juga: Istri Melahirkan, Seberapa Penting Suami Ambil Cuti?
Dengan lebih sedikit variabel yang terlibat dalam membuat Anda bekerja, Anda dapat lebih mudah tetap fokus pada tugas dan tanggung jawab Anda.
Meskipun demikian, penting untuk diingat bahwa akan ada saat-saat ketika Anda benar-benar perlu menelepon untuk tidak bekerja walau sedang WFH. Apa saja syarat sah membatalkan pekerjaan saat bekerja dari jarak jauh? (Baca selengkapnya)
3. Etika Mengajukan Cuti Saat Harpitnas
Harpitnas (hari terjepit nasional) terkadang menyebalkan, terkadang pula menyenangkan. Bekerja pada hari yang diapit dua hari libur sungguh sangat tanggung.
Sebagian pekerja memutuskan mengambil cuti kala itu. Sebetulnya, semua ingin (kecuali mungkin pekerja workaholic). Rata-rata alasannya sebab melancong ke daerah wisata, yang pelaksanaannya membutuhkan beberapa hari, oleh sebab termakan perjalanan dan penginapan.
Baca juga: Izin Kerja Tak Mengapa, Mesin Saja Punya Tombol "Off"
Bagaimana bawahannya bisa serempak begitu mengajukan cuti? Rekan kerja lain pun heran, siapa nanti yang bisa menjamin pekerjaan tim selesai?
Untuk menghindari hal-hal tersebut, berikut etika yang perlu dimengerti oleh pekerja yang hendak mengambil cuti kala harpitnas. (Baca selengkapnya) Â |Â (IZM)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H